Satu pekan terakhir, warga media sosial dihebohkan dengan isu mesjid yang menggunakan simbol segitiga yang dimaknai sebagai ilumminati. Simbol dajjal, dan simbol iblis. Isu ini akhirnya meredam ketika desainer mesjid, Bapak Ridwan Kamil bertabayyun dengan ustadz yang mengkritik tajam karyanya, yaitu Ustadz Rahmat Baiquni, di Jawa Barat.
Fenomena ini semakin menguatkan argumen saya bahwa orang-orang religius sekarang gila simbol. Ya, gila simbol. Lantas, ada masalah dengan orang yang gila simbol ? Sebentar, mari kita bahas dulu ya.
Belakangan, simbol hijrah semakin ramai digandrungi oleh kalangan pesohor dunia hiburan. Simbol-simbol religi pun tampak dalam kehidupan mereka. Jilbab lebar, celana cingkrang, jenggot memanjang, dialog kearab-araban [akhi-ukhti] dan [ana-antum], dan ujung-ujungnya transformasi spiritual yang berbasis simbol ini bisa menjadi marketisasi religi yang sangat menjanjikan. Dari simbol agama menjadi sebuah bisnis, begitu singkatnya. Ini yang namanya keberkahan.
Beberapa artis yang hijrah seperti Dewi Sandra, Zee Zee Shahab, Arie Untung bersama isterinya, mempunyai produk bisnis yang berbasis simbol agama. Selebritas yang tergabung dalam komunitas ini antara lain seperti Irwansyah; Ricky Harun, Teuku Wisnu dan isterinya; Shireen Sungkar; serta pasangan Dude Herlino-Alyssa Soubandono, lewat akun media sosial mereka gencar mengkampanyekan gerakan hijrah ini.
Maklum, mereka banyak punya real followers sehingga mudah untuk membuat orang terpengaruh berganti simbol. Dari simbol jahiliyyah menuju hijrah.
Komunitas ini juga aktif menggelar kopi darat sesama muslim yang sedang berjuang untuk hijrah. Arie Untung dan kawan-kawanya tahun ini telah sukses menyelenggarakan Hijrah Fest yang dilaksanakan di Jakarta.
Ajang komunikasi dan kajian isu keislaman yang dikemas dengan konsep pertunjukkan berbayar. Sekitar 13 ribu pengunjung datang, termasuk calon presiden Bapak Sandiaga Uno, sebagian dari mereka adalah generasi milenial.
Lantas, apa salahnya dengan simbol dalam beragama ? Tidak ada yang salah selama kita mampu menahan perasaan bahwa yang menggunakan simbol hijrah itu adalah yang paling baik dan benar.
Ini penting, dalam istilah tasawuf Islam, perasaan yang muncul bahwa saya yang paling baik itu menjurus ke perilaku sombong. Ujub dan takabbur. Merasa bangga diri dan paling terbaik dalam beragama. Iya, merasa. Sebab Iblis tergelincir karena masalah ini.
Catatan yang kedua yang tak kalah penting adalah jangan terjebak pada simbol-simbol agama yang bisa membuat kita menjadi parno, malu-maluin, dan cucoklogi.