Lihat ke Halaman Asli

Hanafi Izhar

Penuntut Ilmu hingga akhir hayat

Masyarakat Ironi

Diperbarui: 8 Februari 2022   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selamat pagi para pembaca yang budiman dimanapun kalian berada ..

semoga kesehatan dan kesejahteraan selalu terlimpahkan pada kita semua..

....

Pagi ini sama seperti pagi-pagi yang lain, dan sama seperti kebiasaan kebanyakan pemuda milenial, kebiasaan saya ketika bangun pagi adalah langsung menyalakan Gadged untuk mengulur waktu dengan membuka media sosial.

...

Teman-teman sekalian pasti sadar bahwa hidup dewasa ini tidak bisa dilepaskan dengan teknologi, terutama Gadget yang kita pegang setiap hari ini, dimana Hp yang awalnya digunakan untuk memudahkan komunikasi justru semakin kesini semakin banyak fungsinya, mulai dari berbelanja online, belajar online, membaca berita, bermain games, dan masih banyak lagi. Ini tentunya merupakan konsekuensi logis dari berkembangnya zaman sekaligus menjadi pisau bermata dua bagi penggunanya. 

Kenapa demikian ?

Penggunaan Gadget tujuan awalnya adalah memudahkan manusia dalam menjalankan kesehariannya, namun kenyataan yang kita lihat dewasa ini justru kemanusiaan semakin memudar dengan kemajuan teknologi. Saking dimanjanya kita dengan kemajuan tersebut membuat kita menjadi ketergantungan terhadap teknologi. Hal pertama yang saya rasakan sebagai bagian dari masyarakat milenial adalah habisnya waktu yang digunakan karena bermain Gadget sehingga produktifitas banyak berkurang, kemudian hal lainnya yang paling terasa bagi saya adalah ketika gadget mengambil alih tongkrongan. Gadget yang harusnya  mendekatkan yang jauh menjadi alasan menjauhkan yang dekat. Contoh kecil ketika sedang nongkrong yang harusnya digunakan untuk bersosialisasi justru menjadi momen bagi orang untuk bermain games, walaupun raganya dekat namun  terasa jauh. Inilah mungkin yang menjadikan kita makhluk individualis, ketimbang makhluk sosial. 

Maka solusi dari permasalahan ini adalah self control (penguasaan diri) yang mana ini perlu dilatih berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan baru. Kebiasaan baru dapat dimulai dengan mencari hal lain diluar gadget untuk menghabiskan waktu tentunya hal yang positif dan bermanfaat seperti mengikuti organisasi, berolahraga atau nongkrong tanpa membawa gadget. Atau bisa juga dengan mengembalikan gadget pada tujuan aslinya yaitu untuk memudahkan manusia dalam melaksanakan aktifitas dimana harusnya kita sebagai subjek menggunakan gadget untuk meningkatkan kreatifitas dan produktifitas seperti membuat konten konten bermanfaat.

Sebenarnya saya tidak tahu kenapa saya malah membicarakan gadget padahal tujuan utama penulisan artikel ini untuk mengangkat ironi yang terjadi di Negara kita hahaha..

Kembali ke cerita awal ketika saya berselancar di media sosial saya mendapati bahwa kebanyakan manusia Indonesia adalah manusia yang visual. Maksud visual sendiri adalah cara perolehan pengetahuan masyarakat Indonesia umumnya dengan melihat gambar. Kenapa demikian? saya simpulkan dari minat menonton yang tinggi ketimbang minat membaca. Dengan kata lain masyarakat indonesia adalah masyarakat yang realistis namun tidak kritis. Walaupun menonton dan membaca sama-sama menggunakan visual, tetap saja keitka menonton porsi akal yang diberikan lebih ringan ketimbang melakukan aktifitas membaca. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline