Lihat ke Halaman Asli

hanaarwiendash

Without you i cant imagine the world

Mengetahui Etika dalam Berdiplomasi

Diperbarui: 29 Oktober 2019   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam berdiplomasi hendaknya kita juga memperhatikan tentang etika. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara, hingga pergaulan hidup tingkat internasional , diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan tersebut dikenal sevagai etika, norma, tata krama, sopan santun, dll.Pedoman hidup yang dimaksud adalah untuk menjaga ketenangan, ketentraman,dan terlindungi tanpa merugikan perbuatannya dengan hak asasi manusia.

Menurut (Bertens 2007) etika dan moral kurang lebih sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan yaitu moral dan moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Dalam konteks negosiasi, beretika adalah suatu perilaku etis yang dinampakan sejak awal melakukan negosiasi. Dalam konteks etika dalam berdiplomasi terdapat 3 madzhab salah satunya adalah madzhab The " Its a Game " Poker School yang menekankan pandangannya bahwasannya negosiasi sebagai suatu permainan dengan aturan tertentu yang mengenal adanya hukum. Dimana seorang negosiator dikatakan etis jika melaksanakan negosiasi dengan aturn yang telah ditentukan, dan jika negosiator melanggar aturan tersebut maka dikatakan tidak etis.

Terdapat tiga jenis motivasi yang menyebabkan seorang negosiator melakukan tindakan tidak etnis yaitu:

  • Mencari Profit

Mengejar profit atau keuntungan adalah penyebab besar dalam menjalankan negosiasi, dalam menjalankan negosiasi, individu yang bersangkutan berusaha keras untuk memaksilkan pendapatan, sehingga strategi yang dilakkukan hanya semata untuk meningkatkan kekuatan.

  • Persaingan

Persaingan erat berhubungan dengan profit. Dimana pihak lain menginginkan untuk mendapatkan keuntungan. Terjadilah kompetisi yang kuat dan mengarahkan para negosiator untuk menggunakan strategi atau taktik yang boleh menjatuhkan antara satu dengan yang lainnya.

  • Mengabaikan keadilan

Dimensi ketiga dari perilaku negosiator adalah reaksi untuk melawan adanya ketidakadilan. Keadilan dianggap menjadi isu kunci etika dalam negosiasi. Sebagai, akibatnya ada pihak negosiator yang merasa diperlakukan tidak adil, ditipu, dimanfaatkan sehingga akan menimbulkan kemarahan.

Negosiasi dilaksanakan pada ketergantungan akan informasi, maka pertukaran informasi merupakan salah satu kekuatan utama dalam negosiasi. Hal ini nampak dengan berbagai cara yaitu:

  • Miss Interpetasi: bentuk penipuan yang paling umum dalam negosiasi , wujudnya seperti berbohong tentang poin yang diinginkan
  • Menggertak
  • Pemalsuan
  • Penipuan
  • Faktor penyebab tentang seorang negosiator menggunakan taktis etis dan non etis perbedaan latar belakang individu, kepribadian

Referensi:

Bertens, K. Etika. Jakarta:Gramedia Pustaka.2007

Lumumba, Patrice. Negosiasi dalam Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline