"Tee, hari ini aku puasa penuh lho. Aku udah enggak puasa setengah hari lagi." Ungkap keponakanku yang kelas 2 SD
"Tee, kalau syamil puasa setengah hari aja, Syamil masih suka laper" Kata keponakanku yang baru kelas TK B
Setiap kali bertemu dengan mereka, selalu saja ada laporan seperti itu. Aku bersyukur memiliki keponakan yang mulai ikut menjalankan ibadah puasa ramadan. Keponakanku yang masih kelas 2 SD pun juga tidak pernah rewel lagi ketika dibangunkan sahur. Dia pun tidak pernah mengeluh ketika melihat teman atau adiknya yang tidak puasa sedang makan dihadapannya.
Keponakanku yang masih TK tidak dipaksa untuk puasa ramadan. Namun, ketika bulan puasa dia selalu meminta makan di saat adzan dhuhur berkumandang. Dia pun juga pengertian dengan kakaknya yang sedang berpuasa. Saat dia makan, dia seringkali bersembunyi supaya sang kakak tidak kepengen. Sungguh sikap toleransi dan saling pengertian diantara keduanya.
Tidak hanya memberi tahu tentang puasa saja, mereka juga sangat rajin sholat di masjid saat sholat maghrib dan isya. Untuk bulan ramadan, mereka juga ikut sholat tarawih juga di masjid. Masjid yang jaraknya dekat dengan rumah dan banyak teman - teman sebaya mereka yang selalu menghampiri untuk ke masjid membuat dua keponakanku ini semangat pergi ke masjid. Mereka tidak pernah mengeluh capek atau malas. Justru seringnya mereka mengajakku untuk pergi ke masjid bersama. Ketietika adzan telah berkumandang, mereka langsung mengambil air wudhu dan bersiap untuk beribadah.
Melihat dua keponakanku yang baru berusia 8 tahun dan 6 tahun rajin beribadah membuatku begitu kagum dengan didikan mbak dan masku sebagai orang tua mereka. Ada beberapa tips yang bisa aku pelajari dari cara mereka mengajarkan beribadah kepada keponakanku.
- Orang tua tidak hanya menyuruh, tetapi mengajak dan memberi contoh
Setiap kali aku main ke rumah kakakku, aku melihat bagaimana mereka sebagai orang tua tidak hanya memerintahkan anak - anaknya untuk beribadah. Mereka selalu mengajak dan memberi contoh. Ibadah sholat maghrib dan isya di masjid, ayahnya juga turut mendampingi mereka ke masjid. Ayahnya akan menggandeng keduanya berjalan bersama - sama ke masjid terdekat. Saat hujan pun buka menjadi penghalang. Mereka tetap melaksanakan sholat di masjid sambil membawa payung.
Begitu pun dengan sholat tarawih, ayahnya juga mengajak dan mencontohkan untuk sholat tarawih di masjid. Mamanya juga turut memberikan mereka semangat untuk rajin beribadah. Meskipun mama tidak sholat di masjid karena ada adik bayi, dia selalu mengingatkan anak - anak untuk segera berwudhu dan mempersiapkan mukena, sarung dan sajadah. Saat mereka sedang bermain HP atau menonton tv, mamanya akan menghentikan aktivitas mereka dan memberikan pengertian kepada mereka untuk sholat dulu baru nanti boleh main lagi.
- Orang tua melibatkan anak dalam kegiatan ibadah
Keponakanku yang pertama sudah menjalankan ibadah puasa secara penuh. Dia pun juga mudah dibangunkan untuk sahur. Ayah dan mamanya melibatkan mereka dalam mempersiapkan menu sahur dan buka puasa. Untuk memberikan apresiasi atas suksenya dia menjalankan puasa, mama dan ayahnya terkadang menawarkan kepada keponakanku mau makan apa untuk buka puasa atau mau makan apa setelah sholat tarawih.
Melibatkan anak dalam mempersiapkan sahur dan buka puasa merupakan salah satu metode learning by doing yang akan diingat sang anak. Dia bisa akan memahami bahwa kalau puasa harus sahur itu jam segini dan harus makan minum supaya kuat menjalankan ibadah puasa. Ketika buka pun juga demikian. Buka puasa itu pada saat adzan maghrib dan sampai sahur tiba, dia boleh makan dan minum lagi.
- Orang tua membuka ruang diskusi bersama anak