Lihat ke Halaman Asli

Saya dan Pengamen..

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SMP. Saat saya mulai pulang sendiri dengan angkot. Pengamen adalah "sahabat" saya. Seakan-akan, saya tidak bisa hidup tanpa mereka.

"aasyiik, ada hiburan"

Mulailah saya ikut bersenandung dalam hati. Apalagi, kalau mereka pakai alat musik "lengkap". Ada gitar nya, kendang nya, biola nya, harmonika nya, dan bonus suara yang merdu! Perfect!

Musim ujian tiba.

"dek, kalau ada pengemis atau pengamen, jangan lupa kasih.. hati tenang, nilai juga bagus.."

Hahaha. Salahkah ajaran orang rumah saya? saya tidak tahu, yang pasti saya mengikuti ajaran itu. Walau musim ujian sudah berakhir, saya tetap menurut. 500 atau 1000. Istilah lebay nya, uang jajan saya sebagian untuk pengamen.

***

Akhirnya saya menjadi siswi SMA. Tetap menjadi pelanggan setia angkot. Tidak ada yang berubah pada diri saya. Tapi, pengamen berubah. Setelah bernyanyi tidak jelas, mereka berpesan:

"bapak, ibu. saya baru keluar penjara. dari pada saya merampok, mending saya minta! tolonglah pak, bu. 1000 dari anda untuk saya tidak akan membuat anda miskin!"

Bertatto. Tampang sangar. Mulut kasar. Saya dan penumpang lain, ketakutan.

"dek, kalau pengamen yang galak-galak gitu, kasih aja. kalau takut, turun aja. pindah angkot, ya.."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline