Lihat ke Halaman Asli

TPST Piyungan Sempat Ditutup, Pelajaran Berharga bagi Masyarakat

Diperbarui: 7 April 2019   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Akses Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan ditutup warga sejak Minggu (24/3/2019) lalu tuntutan penduduk setempat yang tak kunjung dipenuhi oleh pemerintah. Imbasnya, warga Jogja harus berhadapan dengan tumpukan sampah yang terus menggunung. Meski akhirnya sekarang akses telah dibuka, kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Yogyakarta.

Setiap hari Kota Jogja memproduksi sebanyak 250 ton sampah. Sampah-sampah ini ditampung ke 142 tempat pembuangan sampah (TPS) sementara dan delapan depo transit sampah.

Sejak TPST Piyungan ditutup, sirkulasi sampah mandek. Ini mengakibatkan menumpuknya sampah di setiap TPS dan depo, hingga menyebabkan lingkungan kotor dan bau. Truk-truk pengangkut sampah pun terlihat berhenti di kantor DLH Jogja dengan kondisi penuh sampah.

Selama TPST Piyungan belum dibuka, langkah jangka pendek yang akan diambil adalah menyemprotkan disinfektan di setiap tumpukan sampah. Ini adalah penanganan sementara agar sampah yang terbengkalai tidak menjadi sumber penyakit bagi warga sekitar

Masyarakat dihimbau untuk lebih bijak dalam mengelola sampah rumah tangganya. Guna meminimalkan penumpukan sampah di TPS dan depo, masyarakat juga harus berperan dalam mengurangi jumlah sampah yang diproduksi setiap hari. Jangan buang yang masih bisa digunakan, atau bisa juga diberikan ke pemulung, karena sampah akan diolah oleh pemulung  dan tidak sampai di TPA.

DLH Jogja menargetkan pengurangan volume sampah pada 2025 sebesar 30%. Sampai saat ini, pengurangan sampah Kota Jogja belum sesuai dengan yang ditargetkan. Masyarakat pun didorong untuk lebih memilah mana yang masih bisa dimanfaatkan dan mana yang memang benar-benar sudah waktunya dibuang.

Isu penutupan TPST ini pun mendapat perhatian khusus oleh tokoh Yogyakarta setempat, Bambang Soepijanto. Pria yang pernah menjabat sebagai Dirjen Planologi dan Kehutanan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ini menyayangkan kesalahan manajemen TPST yang berujung penutupan oleh warga ini. Menurutnya, Pemda harusnya tidak boleh luput dalam penanganan TPST yang profesional.

Bambang Soepijanto juga menambahkan, kejadian ini bisa jadi pelajaran bagi masyarakat untuk lebih giat mengolah sampah sejak dari hulu rumah tangga. Tiap rumah bisa lebih kreatif untuk menerapkan pengurangan sampah, pemakaian kembali barang-barang tertentu, serta mengolah sampah yang sudah ada menjadi barang baru yang berguna. Dengan demikian, arus sampah yang sampai ke TPA, dalam hal ini TPST Piyungan, bisa berkurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline