Kasus stunting di Yogyakarta memang cukup memprihatinkan. Diperkirakan jumlah penderita anak stunting adalah 19,8 persen. Masih di bawah rekomendasi WHO yang memberi batasan hinggal maksimal 20 persen. Meski begitu, tetap saja jumlah ini besar dan mengkhawatirkan.
Penyebab stunting pada anak memang cukup banyak dan beragam. Umumnya adalah kurangnya asupan gizi untuk anak selama 1000 hari pertama hidupnya. Begitupun asupan gizi untuk sang ibu selama hamil dan menyusui.
Namun begitu, ada lagi penyebab lain yang juga jadi katalis penyebab stunting. Hal itu adalah sanitasi lingkungan. Jika suatu lingkungan memiliki kondisi sanitasi yang buruk, air bersih yang tidak cukup, bahkan mekanisme pembuangan kakus yang tidak baik, jumlah stunting meningkat cukup pesat.
Untuk itulah, sedikitnya 10 desa di Kulon Progo akan menerima bantuan Rp. 350 juta untuk membangun instalasi pengolahan air limbah alias IPAL.
Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulonprogo Saefudin memaparkan 10 desa yang menerima bantuan tersebut masuk pada desa yang banyak terdapat kasus stunting atau anak balita bertubuh pendek. Sebanyak 10 desa tersebut tersebar di Kecamatan Samigaluh, Pengasih, Nanggulan dan Sentolo.
Saefudin mengatakan instansinya bersama desa-desa yang menerima bantuan akan mengkaji lagi kemungkinan dialihkan untuk menjadi IPAL individu. Nantinya, ketika yang dibangun adalah IPAL individu, didata lagi KK mana saja yang akses sanitasinya tidak memenuhi standar dan layak diberikan bantuan.
Saat ini di Kulonprogo ada 40 IPAL komunal. Sebanyak satu IPAL komunal bisa memberikan akses sanitasi sampai 80 kepala keluarga. Tahun lalu, hanya satu IPAL komunal saja yang dibangun, yaitu di Desa Bendungan, Kecamatan Wates.
Hal ini pun diapresiasi oleh salah seorang tokoh lokal, yaitu Bambang Soepijanto. Tokoh lokal Yogyakarta yang sedang mencalonkan diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah untuk Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta ini ingin kasus stunting bisa menurun drastis.
Menyoal akses air bersih, Bambang Soepijanto pun juga punya solusi atas hal itu. Sebagai mantan Dirjen Planologi dan Kehutanan, ia memang memiliki janji politik untuk meningkatkan akses air bersih di daerah yang memiliki kekeringan. Menurutnya, sangat miris jika di zaman moderen ini, masih ada warga Yogyakarta yang kesulitan mengakses air bersih dan bahkan harus membeli air yang didatangkan dengan truk.
Harapannya, dengan pengelolaan sanitasi yang bersih dan akses air bersih yang memadai, bukan hanya angka stunting bisa ditekan, namun kualitas hidup masyarakat Yogyakarta juga bisa membaik. Itulah yang jadi harapan besar Bambang Soepijanto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H