Lihat ke Halaman Asli

Hamzah Abdurrahman

Mahasiswa Hubungan Internasional

Dampak Humaniter dari Potensi Konflik Nuklir di Semenanjung Korea: Fokus Pada WNI di Luar Negeri

Diperbarui: 15 September 2024   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: The New York Times

Potensi konflik nuklir di Semenanjung Korea telah lama menjadi sumber kekhawatiran bagi keamanan regional dan global. Seiring dengan meningkatnya ketegangan, terutama setelah uji coba rudal Korea Utara dan aliansi strategis dengan Rusia, ancaman krisis humaniter semakin besar. Sementara sebagian besar perhatian internasional terfokus pada pertarngan geopolitik, ada kelompok lain yang dapat mengalami dampak yang sangat merugikan, yaitu para pekerja asing dan ekspatriat yang tinggal di Korea Selatan, Jepang, dan mungkin juga di Korea Utara. Bagi Indonesia, yang memiliki populasi pekerja di luar negeri yang cukup besar, terutama di Semenanjung Korea, konsekuensi dari konflik semacam itu akan menjadi bencana besar.

Populasi yang Rentan

Indonesia memiliki sejumlah besar warga negara yang tinggal dan bekerja di Korea Selatan. Pada tahun 2021, lebih dari 30.000 warga negara Indonesia secara resmi terdaftar sebagai penduduk negara tersebut, banyak di antaranya bekerja di sektor-sektor seperti manufaktur, konstruksi, dan jasa. Para pekerja ini memberikan kontribusi yang signifikan bagi keluarga mereka dan perekonomian Indonesia melalui pengiriman uang. Namun, mereka juga sangat rentan jika terjadi konflik militer, terutama yang melibatkan senjata nuklir.

Sifat perang nuklir berarti bahwa dampaknya jauh melampaui zona ledakan langsung. Dampak radiasi, penghancuran infrastruktur, dan implikasi kesehatan jangka panjang seperti risiko kanker akan mempengaruhi seluruh populasi, termasuk pekerja asing. Dampak humaniter dari serangan nuklir tidak hanya dirasakan oleh warga Korea Selatan dan Korea Utara, tetapi juga oleh para ekspatriat, yang rencana evakuasi dan keselamatannya mungkin terganggu karena krisis berskala besar dan tiba-tiba terjadi.

Dampak Nuklir dan Bencana Humaniter

Peledakan senjata nuklir akan menciptakan bencana humaniter yang sangat besar, dengan korban jiwa yang berpotensi mencapai ratusan ribu atau bahkan jutaan orang, tergantung pada lokasi dan skala serangan. Ketergantungan Korea Utara yang semakin meningkat terhadap persenjataan nuklirnya sebagai alat penangkal dan alat bertahan hidup meningkatkan risiko konflik potensial. Jika hal semacam itu terjadi, dampaknya akan menyebar melintasi perbatasan, mencemari pasokan air, sumber makanan, dan seluruh ekosistem, membuat wilayah yang luas tidak dapat dihuni selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun.

Bagi warga negara Indonesia, kurangnya kesiapan negara tuan rumah untuk menampung warga negara asing selama krisis seperti itu sangat mengkhawatirkan. Korea Selatan, meskipun memiliki mekanisme pertahanan sipil yang kuat, mungkin tidak memiliki kapasitas untuk mengelola evakuasi warga negara asing berskala besar di tengah-tengah keadaan darurat nuklir. Hal ini dapat menyebabkan pekerja Indonesia terdampar di zona berisiko tinggi tanpa dukungan yang memadai baik dari pemerintah tuan rumah maupun negara asal mereka.

Dalam konteks ini, saya tidak bisa berhenti memikirkan ironi dari situasi ini. Di satu sisi, kita hidup di era kemajuan teknologi yang luar biasa, mampu mengirim manusia ke luar angkasa dan menciptakan kecerdasan buatan. Di sisi lain, kita masih bergulat dengan ancaman yang kita ciptakan sendiri, yang berpotensi menghancurkan segala pencapaian peradaban kita dalam sekejap mata. Ini merupakan paradoks terbesar umat manusia di abad ke-21.

Dampak Ekonomi dan Konsekuensi Global

Krisis humaniter juga akan berdampak pada ekonomi dan politik yang lebih luas. Indonesia, seperti halnya negara-negara Asia Tenggara lainnya, memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan Korea Selatan, Jepang, dan Cina. Konflik nuklir kemungkinan besar akan mengganggu rantai pasokan global, dengan konsekuensi yang melumpuhkan bagi ekonomi Asia Tenggara, yang sangat bergantung pada perdagangan melalui perairan Asia Timur. Gangguan ini akan memperburuk tantangan humaniter yang sudah ada, seperti kerawanan pangan dan pengangguran, yang dapat timbul dari jatuhnya perdagangan.

Bagi pemerintah Indonesia, dampaknya juga akan membebani kapasitas diplomatik dan logistik. Kementerian Luar Negeri Indonesia harus menavigasi kerumitan dalam mengamankan evakuasi warga negaranya dengan aman, sementara juga bekerja dalam kerangka kerja internasional untuk memitigasi dampak yang lebih luas dari konflik nuklir regional. Sebagai anggota kunci ASEAN, peran Indonesia dapat menjadi sangat penting dalam memobilisasi tanggapan regional terhadap krisis ini, termasuk upaya-upaya bantuan dan mediasi diplomatik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline