Lihat ke Halaman Asli

Ahok "Menohok" Takdir

Diperbarui: 26 September 2015   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Takdir Ahok menjadi Gubernur Ibukota Jakarta ke-17 adalah Sejarah baru dlm Tonggak Demokrasi di Indonesia menggantikan Jokowi Tanpa Pemilu pula,bukan suatu keberuntungan dan wajar sebagai dampak konsekwensi terhadap Konstitusi yg berlaku di Republik tercinta kita, dan Takdir ini adalah laksana Garis tangan yg harus diterima, 

Apa makna Beramal,Berbuat baik jika Surga & Neraka sudah ditentukan penghuninya? Percuma!!!

Karna setiap orang akan dimudahkan melakukan apa yg menjadi Takdirnya, dan ini sesuai Qodar (Ukuran tertentu) berupa System yg sudah Final yg ada di garis tangannya, toh bila tak suka dg gaya komunikasi Ahok malah lebih parah bila tak percaya Takdir Ahok menjadi Gubernur maka sama saja menolak Takdir Dakwah Walisongo di Bumi Pertiwi, flashback sejarah bisa dipastikan kita masih menganut Anisme, Dinamisme/Agama cuma Hindu dan Budha, bisa dibayangkan.

 Syahdan,Berapa sih lamanya Allah klo menghendaki smua manusia ini muslim, Bahkan smua manusia melakukan kebajikan, kehidupan pasti ndak seru lah.

Sosok Ahok yg Tempramen, Suka ngeyel,Mbanggel (Tegas berprinsip) itu lebih bijak dibiarkan saja, Jgn malah tersulut Emosi dg menilai lemah Gaya Komunikasinya dg membawa nama Tuhan sbg bentuk perlawan menolak atau melakukan Black Campain yg tak elegant sbg Running PILGUB DKI 2017, Sebab itulah Identitas Etika Ahok yg sesuai dg tuntutan dihapinya sbg kapasitasnya, Media pun samaa pula berpikir Rating yg di ekspose Tempramental Ahok, tidak diimbangi sisi kelembutan,romantisme,kasih sayang dg warganya, sayangnya cuma Publik sudah dewasa dan reinterprestasi dlm membedakan serta menilai Antara Tipu daya dg Daya tipu lebih canggih, hehe.

 Ahok bukan penganut Machiavalli yg dlm buku Discourses on Livy dan The Price yg memisahkan teori politik dari etika, Karna yg dilakukan itu bukan hanya Goal-nya buat kebaikan bersama, namun jauh lebih besar skalanya, Essensi yg dituju adlh Efek Domino penerapan sbuah sistem tanpa pandang bulu di semua lini melalui transparansi guna terkontrol diranah Publik 

Perkembangan Demokrasi bisa dikatakan maju ketika nilai2 luhur humanisme dijunjung dg saling menghargai dg mengutamakan bentuk Musyawarah yg juga menjadi Sila Pancasila, itulah salah satu nilai perjuangan Ahok sbg kaum minoritas di tengah2 mayoritas, berbeda bila melakukan Perjuangan tpi di tunggangi politik kekuasaan dg mengunakan logika hasil intrik akal-akalan yg lahir adalah nafsu kekuasaan, jadinya imitasi perjuangan abu-abu Karena kontaminasi mengikuti Arus, Mustahil menemukan Korelasi dg Tujuan aturan / Sistem yg Endingnya berkeadilan, 

Anjuran tolong menolong dalam kebaikan pun jelas termaktub dikitab suci Al- Qur'an surat Al- Maidah ayat ke 2 dan Surat Al-Kafhi Ayat ke-95, maka Bulshit tolong menolong melakukan keburukan demi mencapai ambisi kekuasaan dg menjual nama rakyat dan itu sgt bertentangan dg nilai2 perjuangan dan juga termaktub sama ayat Al-maidah ayat ke-2.

 Pepatah jawa bilang, Geting Kui Nyanding, klo tidak suka dg Gaya Komunikasi Ahok, lakukanlah melalui cara yg Gentelman, arif bijaksana dg Etika yg pantas menggunakan Pemikiran yg Jernih, Caranya??????? terpaculah melebihi ketegasan si ahok dlm bertindak atau bisa dg Melakukan kegilaan melebihi Ahok dalam batas kewajaran tentunya atau lebih baik Jangan dekat2 dg lingkaran kekuasaan diluar System bila tidak mau tersapu Angin, Tetap berjuang menjaga Persatuan dan bertemu di Persimpangan. 

 

Salam KhusnuDHON




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline