Lihat ke Halaman Asli

Mengangkat Seni Tradisi

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

137661344534712228

Karya pribadi

Menggali dan mengangkat ide dan teknik dari seni tradisi, kemudian mewujudkannya ke dalam karya seni masa kini bukan perkara mudah. Saat ini, upaya mengangkat seni tradisi yang dilakukan seniman masa kini melalui sejumlah pembaruan, telah mengundang perdebatan. Seni masa kini (kontemporer) dianggap sudah mengaburkan batas-batas yang telah diatur dalam acuan nilai leluhur. Hal ini terlihat dengan banyaknya seni tradisi yang sudah terkontaminasi budaya global. Karena itu perlu upaya untuk me-revitalisasi seni tradisi yang menitikberatkan pada pemulihan fungsinya secara sosial. Dengan demikian diharapkan seni tradisi dapat kembali pada perannya semula, yakni sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang tidak terpisahkan.

Menanggapi hal tersebut, beberapa seniman berangapan bahwa globalisasi adalah kenyataan yang tak terhindarkan, namun jangan diartikan sebagai tamatnya riwayat nilai-nilai budaya lokal. Seharusnya seni apapun yang berkembang di suatu daerah, baik tradisional, modern maupun kontemporer, akan memiliki identitas sebagai produk budaya lokal. Sehingga memperkaya keragaman seni budaya suatu daerah, disamping menumbuhkan kesadaran terhadap nilai-nilai budaya lokal.

Menurut periset pustaka dari Belanda, Freek Colombijn, prediksi McLuhan tentang “Global Village” atau “World City” tidak berlaku untuk budaya.Budaya itu tidak mudah menjadi global. Namun demikian homogenisasi budaya sebagai salah satu akibat globalisasi harus disikapi dengan membangun keragaman yang berangkat dari nilai-nilai budaya lokal. Tradisi memiliki sejumlah sisi pengertian dan konteks (Biranul Anas, 2002), yaitu tradisi dalam konteks cipta, dinamika, dan pakem. Tradisi merupakan totalitas ketiga konteks itu, yang saling beriteraksi dan berintegrasi. Ia tidak hanya berada dalam konteks acuan nilai (pakem), walaupun seringkali diartikan sebatas itu, tetapi juga dalam konteks konseptual dan kreativitas (cipta) serta konteks perubahan dan perkembangan (dinamika).

Pemahaman tradisi hanya dalam konteks pakem, acuan nilai-nilai luhur budaya nenek moyang yang sudah selesai dan harus dilestarikan bisa berlawanan dengan konteks dinamika, yang hidup dan penuh daya cipta. Sebaliknya melihat tradisi dari konteks dinamika dan cipta semata bisa mengancam eksistensi akar-akar budaya serta spirit lokal. Seni tradisi akan menjadi lebih hidup bila dipahami secara totalitas, integrasi antara ketiga konteksnya.

Kearifan lokal sebagai wahana acuan nilai tidak hanya sekadar konvensi-konvensi mengikat, tetapi juga memberi inspirasi bagi tumbuh dan berkembangnya kesenian.Disamping itu, seni tradisi yang merupakan penjaga kelestarian budaya lokal, bisa menjadi sebagai penyedia referensi nilai, norma serta pakem untuk memandu berkembangnya seni-seni yang lain. Hal ini akan menjadi strategi untuk pertahanan diri melawan dunia yang semakin seragam.

Pada zaman dahulu, seni yang tumbuh di bawah patron kekuasaan menggunakan pakem untuk mempertegas identitas aristokrasi (Kayam, 1990). Kebudayaan feodal-aristokrasi menganggap pakem sebagai sesuatu yang penting untuk menjaga peradaban. Karena itu upaya revitalisasi budaya lokal pada satu satu sisi tidak bisa menghindar dari faktor-faktor primordialisme. Primordialisme, bagaimanapun, adalah bagian dari karakteristik budaya lokal dimanapun. Namun demikian suatu kesenian semakin beragam dan luwes penampilannya bila jauh dari pusat kekuasaan. Semakin jauh dari pusat kekuasaan, semakin jauh pula dari pakem, dan semakin luwes pula penampilannya. (dari berbagai sumber) Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline