Dear diary,
Tepat dihari pertama bulan September ini akhirnya aku bisa menunaikan janjiku kepada seorang bidadari tak bersayap. Ya bidadari tak bersayap yang karena perjuangan dan pengorbanannya aku bisa lahir dan bertumbuh kembang di dunia ini.
Seorang bidadari yang aku panggil dengan sebutan Ibu. Dalam usianya yang perlahan - lahan mendekati senja, aku selalu bersemangat memutar otak dan menguras keringat untuk membahagiakan beliau. Sebagai seorang single parent, tentu tidak mudah bagi beliau untuk merawat dan membesarkan ketiga anaknya seorang diri.
Cukuplah aku menjadi saksi betapa kuat dan kerasnya perjuangan beliau menghidupi aku dan kedua saudara laki - lakiku. Beruntung beliau adalah seorang wanita yang sangat tangguh dan berhati baja. Flashback off.
Alhamdulillah hari ini aku sangat berbahagia karena satu janjiku telah kutunaikan. Dan aku akan menceritakannya sekarang untuk mengingat kenangan ini. Pada pukul 12.30 seperti biasa aku pulang dari tempat kerja. Berutung jarak antara tempat dinasku tidak begitu jauh dari rumah berjarak kurang dari satu kilometer.
Tiba di rumah, tiba - tiba ponselku berdering ada panggilan dari seberang memintaku menjemput seorang kerabat yang menemani ibuku di sawah. Tanpa berlama - lama, kuda besi (baca motor) aku keluarkan dari garasi dan segera tancap gas ke tempat tujuan. Di tengah perjalanan aku berpapasan dengan dua wanita tangguh yang salah satunya adalah ibuku.
Melihatku, sontak beliau memanggil dan mencoba menghentikan laju kendaraanku hingga akhirnya ku putuskan untuk menepi. Rupanya ibu dan kerabatku itu berniat pulang dengan jalan kaki dimana mereka berdua membawa sebuah karung yang entah berisi apa.
Sejurus kemudian aku pun membonceng kerabatku itu atas permintaan ibu karena beliau tak tega melihat kerabatnya yang susah payah berjalan akibat kaki yang sulit menopang tubuhnya.
Sesampainya di rumah, kami pun beristirahat sejenak. Terik matahari yang cukup panas terasa membakar permukaan kulit membuat rasa dahaga semakin ganas menyerang. Ku putuskan untuk membeli dua bungkus kelapa muda yang berada di seberang rumah kemudian kami minum bersama untuk mengurangi rasa haus yang melanda.
Singkat cerita, hari mulai merangkak menuju senja. Aku dan sahabatku pernah berjanji untuk membeli perhiasan bersama ketika honor kami cair. Hanya saja aku berniat untuk membelikan sebuah hadiah pada ibuku.
Sesuai kesepakatan sebelumnya, sahabatku datang menjumpaiku di rumah. Dengan menggunakan dua motor yang berbeda, aku membonceng relatifku dan sahabatku menggonceng ibuku pergi ke toko Emas. Jarak yang kami tempuh lumayan jauh kira - kira membutuhkan waktu lebih dari tiga puluh menit.