Lihat ke Halaman Asli

Resensi Pemerdayaan Masyarakat Marjinal Berbasis Potensi Lokal

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata pemberdayaan berkaitan erat dengan kata daya yang kurang lebih artinya sebagai kekuatan. Yang mendapat awalan “ber” memiliki arti yang kurang lebih memberikan daya atau kekuatan. Pemberdayaan masyarakat lokal sepanjang sejarah Indonesia telah berlangsung cukup lama dengan beberapa periode. Kinerja pemerintah dalam mewujudjan cita-cita masyarakat yang sejahtera telah dilakukanya beberapa upaya terkait dengan berbagai metode pemberdayaan masyarakat diantaranya ialah wajib belajar 9 tahun, Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Jaminan Kesehatan, dan yang sekarang mungkin BPJS. Dari kesemua upaya tersebut dilihat kurun waktu yang tidak bisa dikatakan singkat, nyatanya kurang meberikan dampak atau pengaruh secara signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat pada tingkat marjinal atau masyarakat miskin. Bila melihat data statistik angka kemiskinan masyarakat Indonesia tergolong masih banyak. Fakta ini tidak bisa dimungkiri mengingat banyaknya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang melancong ke negeri seberang demi mendapatkan penghidupan yang lebih layak.

Pada tingkat kesejahteraan, perlu diketahui bahwa tolak ukur yang dipakai pemerintah saat ini hanya melandasi pada satu dimensi saja, yakni dimensi ekonomi. Padahal bila ditelusuri lebih jauh bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat meliputi kebutuhan dasar (basic needs), psikis, sosial, dan spiritual. Dari keempat aspek ini dapat dilihat bahwa minimal ada dua aspek kebutuhan dalam tolak ukur tingkat kesejahteraan masyarakat yakni jasmani dan rohani.


  • Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis pada Potensi Lokal

Ada beberapa model pemberdayaan yang dilakukan oleh seorang peneliti yang kemudian dapat digunakan sebagai salah satu alternative dalam pengembangan pada tingkat masyarakat lokal. Yakni.

1)Tahap persiapan atau tahap Look and Think, meliputi persiapan secara administrasi maupun persiapan lapangan untuk lokasi penelitian. Secara administrasi meliputi persiapan mengenai rancangan serta tahapan penelitian, perijinan serta kontrak awal dengan berbagai pihak yang akan terlibat dalam penelitian.

2)Tahap Act, yaitu bimbingan kewirausahaan, bimbingan keterampilan, pemdampingan sosial oleh tim pendamping lokal, dan proses sinnkronisasi program antar instansi untuk mendukung percepatan ekonomi, melalui pengembangan teknologi untuk bisa dimanfaatkan oleh kelompok sasaran

3)Monitoring dan Evaluasi, dalam tahapan evaluasi dan monitoring ini dilakukan kegiatan berupa diskusi kelompok di tingkat komunitas lokal.


  • Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat berbasis lokal sudah selayaknya mendapat perhatian yang lebih sebagai dasar pembentukan atau penguatan masyarakat lokal dalam membangun fondasi kehidupan yang lebih sejahtera. Artinya melalui program pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal ini diupayakan mampu menstimulasi lahirnya para wirausaha-wirausaha lokal dengan berbekal pengetahuan yang akan memberikan kesejahteraan pada masyarakat itu sendiri baik secara jasmani maupun rihani. Tentu aspek pendidikan pun tak luput dari perhatian, namun alahkah baiknya bila kedua aspek ini dapat berjalan beriringan hingga terwujud masyarakat yang memiliki mental kuat guna menghadapi tantangan zaman untuk masa mendatang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline