Para pakar pendidikan masih ada yang belum sepakat adanya sekolah bagi bayi, dan juga sebagian orang tua dirundung ragu untuk menyekolahkan bayinya.
Beberapa hal yang membuat orang tau ragu, antara lain :
Pertama, waktu bersama bayi tidak ingin dicuri oleh orang lain. Kehadiran bayi sangatlah ditunggu dan bisa membuat orang tua menjadi bahagia, kerinduan dan ingin selalu bisa memandangi wajah bayi menjadi salah satu alasan orang tua rela mengasuh sendiri atau diasuh oleh orang lain tapi tetap berada di rumah.
Kedua, belum menjadi trend. di era digital ini banyak perilaku yang digiring oleh opini, hal-hal yang sedang viral atau trend menjadikan diikuti banyak orang tanpa harus melakukan uji kebenaran.
Ketiga, kekhawatiran yang berlebihan. banyak cerita bagaimana bayi yang dititipkan ada yang diberi obat tidur, tujuannya agar pengasuh bisa mengerjakan hal lain. karena kalau bayinya masih jaga maka menjadi masa penantian panjang dalam pengasuhan, Maka wajarlah bila kondisi ini membuat orang tua takut bayinya diperlakukan tidak baik.
Keempat, biaya yang dirasa mahal. orang tua berpikir tentang sekolah bayi adalah memandang bayi sebagai anak kecil, lantas yang terjadi dilapangan justru biaya sekolah bayi lebih banyak dari pada biaya pendidikan di SD. Orang tua berpikir "masih bayi biayanya segina ya", tidak ingin orang tua merogoh kovek terlalu dalam hanya untuk biaya sekolah bayi, lebih baik di asuh sendiri.
Memang pada kalangan masyarakat tertentu, mengasuh bayi belumlah waktunya dengan cara menyekolahkan, mereka melihat lintasan sejarah pendidikan, semolah ya di SD bukan bayi. Sehingga orang tua lebih asik kalau bayinya diasuh sendiri.
Namun bagi kalangan lain dengan keterbatasan waktu pengasuhan daan cukup finansial, menyekolahkan bayi adalah kesempatan yang sangat oke, anak aman orang tua bekerja ntenag.
Sekolah yang menerima bayi sebagai siswa seberti Taman Asuh Anak TPA TAAM Bahrusysifa Lumajang tidak saja mengasuh bayi dalam artian pendampingan saja, ada panduang pengasuhan (semakcam kurikum), ada saat bermain, waktu pengenalan pengetahuan, mengaji al-qur'an dan pembiasaan.
Pembiasan inilah yang jarang dilakukan oleh orang tua, di TPA anak-anak dilatih mandiri, berbagi, bersosial dan belajar beraktivitas secara positif bahkan dibiasakan dengan mendengarkan murattal.