Lihat ke Halaman Asli

Hamim Thohari Majdi

TERVERIFIKASI

Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

Kata-Kata Ini yang Membuat Pengunjung Rumah Makan Tidak Membantah

Diperbarui: 2 Mei 2023   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sajian makan malam di rumah makan Legendari (Hamim Thohari Majdi) 

Rumah makan di sangat legendari berada di Jember, usianya sekitar setengah abad, dengan  gspuro joglo dan menempatkan diri sebagai warung apung. Kami ragu karena halam parkir hanya ada satu mobil, perkiraan milik owner rumah makan. Kami ragu antara melangkahkan kaki menuju ruang pengajian atau tetap berhenti di samping mobil.

Salah satu alasan kami memilih rumah makan legendaris ini adalah rekomendasi dari seorang te,am, "makanannya enak, walau harganya mahal tapi sajiannya jumbo bisa digunakan dua atau tiga kali lipat dari sajian makanan pada umumnya. 

Dengan ramah dua pramusaji mendekat atau menyambut kedatangan kami, "silahkan bapak ibu, mau pilih duduk di mana" sementara pramusaji lainnya menanyakan "untuk berapa orang" saya menjawab "lima orang".

Kami dipersilahkan duduk di dekat pintu masuk dan persis depan panggung. Belum sempat memilih menu, lelagi agak tegap mendekati kami dan menyatakan, "lebih baik  duduk di sebelah sana, agak jauh dari sound, karena sebentar lagi ada pertunjukan menyanyi". 

Tidak perlu kami menjawabnya, cukup langsung melangkah mendekati tempat duduk yang ditunjuk pramusaji tadi. Awalnya hanya saya beserta keluarga yang mampir makan malam di rumh makan ini. Setelah menu hidangan sudah lengkap disajikan, ada dua mobil rombongan, sepertinya turis dari Cina atau Thailan, terlihat dari wajah dan tubuhnya serta bahasa mandarin yang sangat kental dan ori.

kehadiran rombongan didampingi oleh penunjuk perjalanan, terlihat  sangat intens koordinasi dengan pramusaji dan sesekali menanyakan kepada tamu rombongan, seperti  "pesan apa"  dan "duduk di sini boleh atau di belakang juga bisa"

Begitu rombongan sudah komplit pertunjukan musik dimulai dengan biduan tunggal dan didampingi pemain elekton, membuat suasana lebih hidup dan semakin meriah.

Saya berpikr setelah melihat ruangan penuh tamu dan penyanyi melantunkan lagunya, lalu saya  berguman dengan diri sendiri "ooo ini maksudnya, kami dimta untuk pindah tempat duduk", tidak sekadar alasan karena kami membawa bagi akan terasa terdenganr keras, kalau tetap dekat panggung.

Tampaknya ada keterlambatan komunikasi antara penata ruangan dengan para pramu saji. hingga kami dipersilahkan dengan luluasa memilih tempat duduk, padahal tempat duduk yang ditawarkan kepada kami sudah ada yang memesan. Sehingga seseorang datang untuk memberi tahu tempat duduk yang cocok dengan kularga yang ada bayinya.

Penata ruangan tahu kalau ada yang memaki ruang dekat panggung sudah ada yang memesan, namun karena tidak ada tulisan, sehingga dengan bebas penerima tamu mempersilahkan pengunjung untuk memilih tempat duduk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline