Indonesia adalah negara yang beragam baik budaya ataupun agama, kabar baiknya keragaman itu menjadi kekuatan untuk mengerakkan pembangunan nasional pada komponen-komponen yang ada, sehingga memudahkan koordinasi dan membuat simpulnya. Sedang kabar buruknya agama dicampuradukkan dan dipertentangkan dengan budaya baik budaya lokal ataupun lintas pemeluk agama, sehingga konflik atas nama agama tidak bisa dihindari.
Tahun 2022 Indonesia mencanangkan sebagai tahun toleransi dengan gerakan moderasi beragama, harapannya adalah adanya kesamaan pandang tentang ranah agama yang tidak bisa dicampuri oleh orang lain (agama lain) dan area mana yang bisa dikompromikan. Karena stabilitas, ketenangan dan ketenteraman adalah modal untuk suksesnya pembangunan.
JANGAN MENGUSIK WILAYAH RITUAL
Toleransi beragama adalah menghormati masing-masing pemeluk agama untuk menjalankan ritual keagamaan masing-masing agama. Sebab ritual inilah yang membedakan satu agama dengan lainnya. Agama adalah kepercayaan, maka apa yang diajarkan oleh penganut agama harus mempercayai nilai-nilai yang diajarkan dalam agamanya.
Dalam konteks toleransi, keberagaman itu bukan berkaitan dengan benar atau salah, tetapi lebih mengarah kepada percaya atau tidak, sebab tidak semua ajaran agama bisa diterima secara rasional (masuk akal) oleh pemeluk agama lain.
Kegiatan ritual yang tidak boleh diganggu ketika dilakukan di tempat (rumah) ibadahnya, karena kawasan ini merupakan tempat suci dan disucikan. Toleransi adalah turut menjaga kekhusyukan pelaksanaan ibadah umat lain.
Jangan sekali-kali mengusik ritual di rumah ibadahnya, laksana membangunkan singa lapar, pandang tajam terkam dan memangsa. Inilah yang diharapkan dalam toleransi menghargai dan melindungi.
MUNCULNYA KONFIL KARENA SOSIAL
Semua ajaran agama mengajak umatnya melakukan kebaikan dan menyembah Tuhan yang dipercayai. Sehingga dalam tataran sosial harusnya tidak ada konflik yang muncul karena sentimen agama, sebab masing-masing membawa kebaikan dan misi kedamaian.
Penggorengan isu-isu kecil tentang kulit pemeluk agama inilah yang kemudian membesar dan asapnya kian ke mana-mana membuat banyak sesak nafas, lalu melakukan upaya penyelamatan diri dan mempertahankan keyakinannya.
Nafsu pemeluk agama yang ingin mengajak orang lain memahami dan mau mengikuti apa yang diyakini merupakan bibit sentimen yang sangat pedas,