Rasa waswas korban erupsi Semeru kini terjawab. Mereka berhamburan meninggalkan rumah, menuju tempat pengungsian dengan menggunakan motor, mobil, pick up, dan kendaraan bermesin lainnya, baik ke rumah sanak saudara ataupun di fasilitas umum usai mendapati Semeru muntah.
Sebagaimana dilansir oleh Badan Nasinal Penanggulangan Bencana (BNPB) sebanyak 1.979 orang mengungsi dan tersebar di 11 titik pasca terjadi awan panas guguran (APG) dan menjadikan peningkatan status bagi gunung Semeru dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas).
Pengungsian pertama terjadi di wilayah Kecamatan Pronojiwo di dua desa yaitu Desa Supit Urang dan Oro-oro Ombo, karena erupsi Semeru yang melanda pada dini hari itu mengarah ke selatan dan bahkan dikabarkan debu berhamburan hingga memasuki Kabupaten Malang.
Namun pada siang hari awan berpindah haluan ke arah utara dan timur hingga menutup Kecamatan Candipuro, Pasrujambe, Senduro bahkan kota Lumajang. Hingga sangat terasa hamburan abu yang menutup pandangan.
Lautan pasir kembali muncul di daerah Kamar Kajang dan Kajar Kuning dan lintasan lahar Semeru. sehingga menutup akses jalan, bahkan di daerah Kajar kuning pasir telah memendam jembatan, bahkan rumah-rumah hanya terlihat atapnya.
Akses jalan yang menghubungkan dua kecamatan yaitu Tempursari dan Pronojiwo dengan wilayah Candipura hingga Kota Lumajang, untuk sementara waktu tidak bisa dilewati karena penuh dengan pasir.