Lihat ke Halaman Asli

Hamim Thohari Majdi

TERVERIFIKASI

Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

Lembaran Pendhak Limo Gatra Lumajang untuk Indonesia

Diperbarui: 8 Oktober 2022   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Twibbon Pendhak Limo Gatra Lumajang (Sumber Gambar: Hamim Thohari Majdi)

 

Catatan kecil direktur Gatra Lumajang Hamim Thohari Majdi sebagai bentuk berterima kasih kepada para bidan dan pengembang serta pejuang hingga Gatra seperti yang ada sekarang, spesial for SAUGA.

 Lima tahun silam tepatnya 8 Oktober 2017 di bumi Aryawiraraja terdeklarasikan sebuah komunitas sastra dengan nama Gatra kepanjangannya Graha Sasra, sebuah harapan komunitas sastra memiliki kediaman dan tempat yang pantas.

Dimaklumi bahwa para sastrawan (tidak semua) lebih suka dengan hidup apa adanya dalam artian tidak memberikan waktu khusus untuk merawat diri secara berlebihan dan berada di tempat-tempat yang diidentikkan dengan serba kurang. Maka nama Graha dalam bingkai besar Gatra memiliki semangat menempatkan sastra dalam berbagai ruang dan kediaman yang nyaman.

Gatra Lumajang Bersama Cak Thoriq Bupati Lumajang (Sumber Gambar : Hamim Thohari Majdi)

Sedang kata Lumajang yang bersanding setelah Gatra menunjukkan tempat, bahwa di Lumajang salah satu kota di Jawa Timur ada komunitas (tambahan) peduli dengan sastra dengan Visi Menjadi Hunian Nyaman pegiat dan penikmat sastra.

Gatra Lumajang tidak saja menghimpun para pegiat sastra secara tekstual (penyair) tetapi lebih luas lagi juga mewadahi penikmat, bagaimana karya sastra  bisa menjadi agung kalau hanya penulisnya yang tahu dan bisa menikmati, karenanya perlu ada pihak lain sebagai pengontrol penilai dan penikmat, sehingga sastra dengan mudah dipahami  dengan tanpa mengurangi kehadiran diksi-diksi seksi.

Tiga hal penting yang hendak dijangkau oleh Gatra Lumajang dalam mewujudkan visinya yaitu melakukan edukasi bersastra, melakukan kegiatan literasi dan seni pertunjukan. Sebagai wujud Gatra Lumajang tidak menjadikan rumah yang elit, jangkauannya di segala usia, berbagai profesi dan ragamnya latar belakang pendidikan. Karena sastra tidak berhenti di kelas tertentu, pergerakannya harus mewarnai dalam semua sendi kehidupan.

Edukasi bersastra berbentuk pembinaan penyair bahkan telah lahir Gatra Yunior, yakni anak-anak seusia kelas sekolah dasar dan menengah, dibina dalam ruang khusus agar bisa tumbuh melesat seiring dengan karakter anak yang suka mencoba dan belum bisa menikmati secara mendalam arti sebuah kegagalan. Beberapa antologi puisi telah terbit di antaranya EMOSI, HITAM PUTIH, RINJANI DI KAKI SEMERU.

EMOSI antologi puisi Perdana Gatra Lumajang (Sumber Gambar: Hamim Thohari Majdi) 

Gerakan literasi yang diprakarsai oleh Gatra Lumajang dengan tema "PENAKU BICARA" menjadi rumh bagi penulis pemula dan mereka yang ingin lebih dalam menerbitkan buku, kegiatan ini telah melahirkan penulis solo baik di kalangan dosen, guru, karyawan, mahasiswa dan masyarakat umum. Bahkan beberapa guru berhasil membuat buku modul mata pelajaran yang tersebar di SMK senusantara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline