Bila membahas vendor pernikahan, maka yang perlu diperhatikan adalah mencari yang acara utamanya, yaitu pernikahan. Memakai jasa vendor bertujuan agar si empunya hajat gak pakai ribet, semua ada yang mengurus, tinggal perintah dan membayar lunas.
Kira-kira begitukah yang terjadi? Sepanjang perjalanan profesi sebagai penghulu, kenyataan di atas kebenarannya di atas sembilan puluh lima persen.
Pertanyaannya, siapakah yang gak mau ribut? Sebagian besar adalah calon mempelai, baik kedua mempelai (laki dan perempuan) atau salah satu (laki atau perempuan).
JANGAN ABAIKAN ORANG TUA
Untuk para jumblo, jangan pernah berpikiran ingin meringankan beban orang tua atau supaya orang tua tinggal duduk manis. Pernyataan tersebut tidak selalu benar.
Tidak semua orang senang berkeinginan hanya melipat kaki dan tangannya menutup dada, sebagian lain sangat gembira bisa punya hajat dan merasakan keribetan dan keriuhan.
Ketika anak kesayangannya mau naik pelaminan, orang tua sudah punya gagasan dan membuat angannya melambung, membumbung bisa menghelat acara pernikahan.
Maka disusunlah dalam angannya, siapa saja yang akan diminta untuk membantu menyediakan makanan, tempat dan penanggung jawab acara.
Utamanya masyarakat desa yang masih kental gotong royongnya, masih banyak keluarga dekatnya, sehingga ketika ada yang punya hajat, berduyun-duyun mendaftar dan menawarkan diri untuk membantu, suksesnya acara. Baik sebagai balas budi ataupun sebagai perwujudan keguyuban dan kerukunan.
Hal di atas perlu menjadi pertimbangan, diambil jalan tengah atau dikompromikan. Misal orang tua menyiapkan konsumsi dan tempat, sedang anak menawarkan diri mencari vendor untuk tata rias, kuade, sound system dan dokumentasinya.