Maruli Gultom, Begawan Sawit Indonesia, sosok pemberani yang menghindar publikasi
copas dari laman fb beliau
Sawit itu sdh menjadi hajat hidup org banyak, jutaan warga Indonesia yg bertani sawit dan mrk yg bekerja di perkebunan sawit. Dan sawit adalah satu dari hanya sedikit produk unggulan Indonesia di dunia (kita produsen minyak sawit no. 1 dunia). Krn itu setiap warganegara Indonesia wajib melindungi komoditas sawit dr kampanye hitam NGO asing.
Kl asing kampanye anti sawit, saya mengerti. Mrk gusar krn minyak nabatinya tergusur oleh minyak sawit. Tetapi kl org Indonesia berhasil diprovokasi oleh si bule, dan ikut2an kampanye anti sawit, itu adalah mengkhianati bangsa sendiri.
Di forum2 luar negeri saya sering protes sikap mrk yg hipokrit. Mrk menyerang sawit Indonesia dgn dalih lingkungan, di sisi lain mrk membiarkan perkebunan minyak nabati mrk (kedelai, rapeseed, dll) menghabisi lahan 20 kali luas perkebunan sawit Indonesia. Lahan itu dulunya juga hutan. Dan lagi, tanaman minyak nabati mrk cuma tanaman semak, tidak menghasilkan O2. Tanaman mrk tidak menyerap CO2, malahan sebaliknya setiap 6 bulan membuang karbon krn tanahnya harus diolah kembali utk ditanam ulang (carbon sequestration).
Kelapa sawit jauh lebih ramah lingkungan dibanding tanaman minyak nabati mrk. Kelapa sawit ditanam ulang setelah 25 tahun. Artinya, carbon sequestration (carbon dari dalam tanah terlepas ke udara) terjadi hanya 1 kali dlm 25 (duapuluhlima) tahun (TAHUN, bukan bulan). Dan hebatnya, perkebunan kelapa sawit itu setara dgn hutan sekunder. Menyerap CO2 dan menghasilkan O2. Pengalaman di Padang Lawas, setelah padang lalang yg luas ditanami kelapa sawit, curah hujan disana meningkat tajam (lupa sampai brp mm). Daerah yg semula gersang menjadi hijau krn curah hujan yg cukup.
Tapi dasar bule2 hipokrit, mrk terus saja berkampanye membohongi dunia bahwa kelapa sawit merusak lingkungan dan menafikan ketidak ramahan tanaman mrk (kedelai, rapseed, dll.) thd lingkungan.
saya tidak marah2 dalam posting ini. Tapi saya memang benar marah ketika mereka mengharuskan minyak sawit bersertifikat ramah lingkungan (certified sustainable palm oil /CSPO). Di forum Palm Oil Conference di KL yg dihadiri 2000an peserta dari seluruh dunia, Tulang protes keras dan mempertanyakan kenapa minyak kedelai dan minyak nabati lainnya tidak diharuskan bersertifikat ramah lingkungan? Mengapa ada diskriminasi thd produk negara berkembang? Mereka jawabnya mutar2, alias tidak bisa jawab.
Pada resepsi malam harinya, tim sawit Malaysia ramai2 mendatangi dan menyalami , menyampaikan terimakasih krn saya sudah menyuarakan suara mereka (protes CSPO). Dlm hati saya bilang: "Dasar lu juga munafik. Lu diam saja - jadi good boy. Gua jadi bad boy nya - tukang protes".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H