Teguh, Irwan dan beberapa kawannya yang sedang merayakan pesta rakyat tahun baru di Bunderan HI tersentak kaget begitu tahu beberapa hotel memasang tarif acara tahun baru sampai Rp 3 juta / orang. Rasa ingin tahu yang begitu besar memberi keberanian mereka untuk mengintip apa dan bagaimana merayakan tahun baru di hotel berbintang. Ekspresi kaget dengan mulut ternganga dan mata melotot terlihat jelas di wajah Teguh dkk begitu sekilas melihat kemewahan dan banyaknya pengunjung di hotel tersebut. Tak lama Teguh dkk di usir satpam dan mereka kembali ke Pesta Rakyat di Bunderan HI. Diskusi kecil Teguh dan rakyat jelatanya setelah melihat kemewahan di hotel tersebut berakhir dengan kesimpulan
"Manusia yang membuang uang 3 juta dalam satu hari tidak mempunyai hati. Coba saja bayangkan kalau di Indoneisa ada 1000 hotel dan tiap hotel ada 250 pengunjung, uang yang dihamburkan bisa750 milyar. Bandingkan kita cari modal untuk jual mie ayam 2 juta saja susahnya
setengah mati".
Para Ustad, Kiayi, Pendeta, Pastur dan Pemuka Agama lainya mengelus dada melihat orang berbondong bondong merayakan pesta rakyat tahun baru di Bunderan HI atau tempat lainnya sedangkan Gereja, Mesjid dan tempat ibadah lainya kosong melompong. Menurut si pemuka agama tahun baru waktu yang tepat untuk merenung dan memohon ampunan tuhan atas perilaku kita di tahun sebelumnya
Para borjuis yang sedang merayakan tahun baru di hotel mewah tak kalah kaget begitu mendengar suara petasan dan lompatan warna warni kembang api dengan durasi begitu lama di atas bundaran HI. Bagai koor mereka berkomentar " Alangkah bodohnya pemerintah, sebegitu banyak rakyat miskin koq masih buang buang uang dengan membeli kembang api dan merayakan pesta tahun baru sebegitu mewahnya. Belum lagi kalau peserta pesta rakyat yang kebanyakan karyawan itu sakit karena begadang dan kena hujan. Pantes aja produktivitas kita kalah dibanding Vietnam"
Atas skenario tuhan, Sang Borjuis, Si Rakyat Jelata dan Pemuka agama bertemu di jalan. Ban mobil Sang borjuis pecah persis di jalan depan mesjid dan meminta tolong si rakyat jelata yang sedang pulang di jalan yang sama, melihat orang berkerumun di depan mesjid sang ustad penasaran ingin melihat. Singkat kata Ban mobil sudah diganti ban serep, Si rakyat jelata menerima uang jasa dan sang Ustad akan kembali ke mesjid untuk azan subuh. Sesaat sebelum mereka berpisah terlihat seorang Ibu setengah baya menyapu pekarangan di rumah sederhana samping mesjid dan masing masing mengguman dalam hati :
- Sang borjuis , " Keluarga si Ibu setengah baya ini mononton banget hidupnya, tahun baru enggak tahun baru sama aja."
-Si Rakyat Jelata, " Kalau enggak punya uang kan bisa aja ibu itu cari hiburan tahun baru yang murah meriah seperti kita, tahun baru kog pagi pagi nyapu"
-Ustad , " Ibu ini pagi pagi kog nyapu, kenapa enggak ambil air wudlu untuk sholat subuh"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H