Lihat ke Halaman Asli

Hamid Anwar

PNS Kelurahan

Menjajal Trans Jawa dengan "Motuba"

Diperbarui: 29 Desember 2018   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Rest Area 519 A Tol Soker (Dokumentasi pribadi )

Saya mengiyakan ajakan ibu mertua untuk berbelanja ke Madiun. Antar gerbang tol Ngawi Madiun kini cukup dilibas dalam waktu tidak lebih dari lima belas menit saja, dengan kecepatan standar jalan tol, maksimum 100 kilometer per jam. Sudah dua pekan ini saya berada di Ngawi, masih suasana berkabung atas meninggalnya bapak mertua. Kok kebetulan mengepasi dengan dibukanya ruas-ruas tol yang membuat tol trans Jawa terhubung penuh dari Jakarta ke Surabaya, dari Merak hingga Grati, Pasuruan.

Setelah suasana sudah dirasa kondusif dan keluarga saya siap untuk kembali ke Ungaran untuk beraktivitas biasa, kami termasuk salah satu yang mencoba tol trans jawa ini sebagian secara gratis. Dari Ngawi ke Ungaran sudah terhubung tol. Pembayarannya pun sudah terintegrasi sehingga cukup ngetap kartu saat masuk gerbang dan ngetap mengurangi saldo di gerbang tujuan.

Untuk ruas Kartasura -- Salatiga yang jaraknya kira kira 30an kilometer, masih gratis karena baru diresmikan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.

Saya masuk gerbang tol Ngawi pukul 10.25 dan jalanan melenggang mulus beton dengan kontur tanah yang relatif datar. Menurut peraturan, di ruas Ngawi hingga Solo kecepatan maksimal adalah 100 kph. Boro-boro melebihi kecepatan yang sebenarnya mudah saja, saya ingat motuba (mobil tua bangka) saya yang sudah tua, saat berangkat ke Ngawi karena saking senengnya ngebut lewat tol, waterpump pernah jebol, dan dudukan aki lepas. Untung tidak fatal.

Saya membatasi kecepatan saya di angka 100 saja karena ingat kejadian-kejadian diatas. Dan tentu peraturan itu dibuat untuk keselamatan kita. Sementara itu banyak motunyar justru ngebut sejadi-jadinya. Ah mungkin mereka memang sudah teruji skillnya dan yang pasti kuat mentalnya. Hehehe..

Dalam waktu satu jam, kami telah sampai di interchange Kartasura dan melanjutkan ruas tol Solo -- Semarang. Berbeda dengan tol Solo Ngawi, ruas ini kebanyakan berupa tanjakan dan turunan karena konturnya cukup berbukit. Bahkan di salah satu ruasnya ada jembatan panjang bernama jembatan Kalikenteng yang pernah viral lebaran lalu. Kini jembatan itu tampak kokoh dan manja, pingin dilewati.

Dokumentasi pribadi

Salah satu suasana Tol Ruas Solo - Semarang (Dokpri)

Mendekati daerah Bawen, hujan turun dengan sangat deras. Motuba saya sampai bocor karena sealent kaca depan sudah keropos. "Numpak mobil kok trocoh?!" kata istri saya. Hahaha.. sementara itu, sejak dari Sragen tadi, anak saya justru tertidur pulas dan terbangun saat kami antri di gerbang tol Ungaran. Total waktu yang kami butuhkan dari GT Ngawi ke GT Ungaran cukup dua jam saja. Sangat-sangat memangkas waktu karena biasanya melalui jalan nasional kami harus membutuhkan waktu setidaknya lima jam, termasuk istirahat tentunya.

Kalau untuk biaya tol sendiri, kami kemarin habis 120an ribu. Ini karena ruas Kartasura-Salatiga masih gratis. Jika esok sudah bayar saya kira sekitar 150 ribuan. Mahal, sih tapi berguna untuk saat-saat urgent seperti waktu saya pulang karena dikabari bapak mertua meninggal kemarin.

**

Sementara itu, seminggu lalu saya naik bis dari Solo ke Ngawi dengan armada bis ekonomi AC. Sungguh perjalanan yang menyenangkan karena dari Solo ke Ngawi jalan nasional terasa sangat lengang. Padahal suasana peak season karena libur Natal dan libur sekolah. Inilah salah satu keuntungan jalan tol. Yang tidak lewat tol pun merasa dampak positifnya karena traffic sudah terurai antara jalan konvensional maupun lewat tol.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline