In Memoriam sahabat saya, Rolas Tri Ganda
Beberapa tahun lalu, masuk sebuah SMS dari seseorang yang mengaku bernama Rolas. Tidak lama kemudian setelah mengutarakan maksud, kami akhirnya beberapa kali berkomunikasi via chatting blackberry messenger.
Tidak disangka, hobi aneh yang waktu itu saya jalani menarik perhatian khalayak salah satunya mas Rolas sendiri. Hobi aneh saya adalah mengunjungi bioskop.
Ah, kalau mengunjungi bioskop mah biasa, mas bukan hobi. Tapi ini lain, bung. Saya dulu kerap pergi hanya untuk melihat-lihat serta merasakan aura bioskop tua.
Tercatat ada enam bioskop lawas yang berhasil saya nikmati auranya. Beberapa bioskop lokal pun tak lepas dari incaran saya, ada yang murni dibangun baru, ada yang renovasi bioskop lama.
Bicara tentang bioskop, beberapa tahun yang lalu bioskop di Indonesia didominasi oleh jaringan raksasa grup 21. Namun belakangan ini sudah ada pesaing lain semisal CGV Blitz maupun Cinemaxx --nya Lippo. Juga masih ada jaringan yang masih lambat perkembangannya, Platinum ataupun jaringan lokal semisal New Star Cineplex, misalnya.
Awal kegemaran saya terhadap bioskop lawas berawal dari kunjungan saya ke Rajawali Theatre 21 Purwokerto, enam tahun silam, yang juga membuat saya takjub betapa gairah menonton orang di sebuah kota kecil ternyata cukup besar.
Sementara akses bioskop modern hingga sejauh saat itu masih sebagian besar tersedia di kota-kota besar saja. Rajawali Theatre memiliki 4 studio dengan tata letak klasik nan elok. Saat itu, belum dilakukan digitalisasi dan masih memakai proyektor seluloid 35 mm.
Tidak berselang lama, postingan blog saya tentang bioskop tersebut memacu perhatian banyak orang hingga admin bioskop pun sampai menghubungi saya.
Alhamdulillah, saya merasa postingan saya saat itu membuat bioskop tersebut semakin ramai dan berhasil memperbaiki diri, mendigitalkan diri tanpa merubah fasad bangunan. Tetap klasik dan asik.
**