Tepat pukul lima lebih seperempat saya menggeber motor smash menuju arah timur. Berangkat dari Ungaran, tujuan saya kali ini adalah ke Ngawi via Sarangan dalam rangka single touring. Sudah lama ini saya memang tidak pernah bermotor sendirian. Terakhir kali ya hampir tiga tahun lalu ke Ngawi via Blora.
Smash saya sudah beberapa bulan belakangan tidak pernah keluar. Mumpung saya ada waktu sendiri karena anak istri sedang dirumah mbahnya, makanya kali ini saya yakinkan hati kembali menggeluti hobi yang lama terbengkelai.
Perjalanan sangat lancar dan jam enam pagi saya telah sampai di pusat kota Boyolali. Melintasi patung kuda kencana sambil memotret, saya selanjutnya dibuat kaget dengan deru mesin motor yang berangsur mati. Ya motor saya mogok saudara. Padahal semalam sudah saya cuci bersih. Kesalahan! Karena kemarin sore habis ganti ban juga tapi nggak sekalian servis.
Saya menepi dan memarkir motor di depan Kantor Dinas Kesehatan. Berulangkali merestart mesin motor tapi hasilnya nihil. Karena saya hidup di jaman kekinian, saya pun membuka smarphone dan mengabari istri kalau saya jadi terlambat.
Setelah itu, saya ingat bahwa saya pernah join grup facebook lokal bernama Boykot (Boyolali Kota) beberapa waktu lalu. Niat join waktu itu kalau ada saat-saat seperti ini. Dan ternyata benar saja, saya lalu posting di grup tersebut dan minta bantuan.
Selain melalui media sosial, saya juga melalui lambe konvensional. Sampai ditawarin motor dibawa ke Polsek oleh seorang polisi yang tengah berpatroli. Tidak lama, dua orang pemuda datang dan saya mintai bantuan. Salah satu dari dua pemuda tersebut mengaku masih sekolah di STM jurusan otomotif. Wah! Pas nih..
Setelah mengganti busi dan tetek bengek, motor belum juga nyala. Padahal saya sudah disana satu jam lebih. Akhirnya bantuan kedua datang. Seorang bermotor matik bernama Yanto yang akhirnya mendorong motor saya ke sebuah bengkel di sudut kota. Bengkel tutup, tetapi karena mas Yanto kenal dengan mekanik bengkel tersebut, akhirnya pintu pun dibuka.
"Biasa mas, Suzuki kalau mati mesin, aki ngedrop harus mancing. Itu kelemahan suzuki.."
Kata mas mekaniknya setelah berhasil menyalakan motor saya. Namun begitu, saya tetap disarankan ganti aki. Jadilah saya dibonceng mas Yanto ke sebuah toko aki langganannya dengan harga yang relatif paling murah di pasaran.
Perjalanan kami melewati Stadion Pandanaran yang pada waktu itu tengah membangun stage untuk gelaran konser Europe. Saya bahkan ditawarin tiket kelas festival seharga 125 ribu. Tetapi tanggal tersebut bertepatan dengan nikahan adik di Ngawi sana. Ya sudah saya tolak dengan halus tawaran tersebut.
Pukul delapan pagi, motor saya telah siap kembali melaju.