Lihat ke Halaman Asli

Peran Anak dalam Perkuat Romantisme Keluarga di Bulan Puasa

Diperbarui: 23 Mei 2018   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dari haryobayu.web.id

Romantisme tak hanya berkutat pada percintaan sepasang kekasih. Romantisme bisa kita maknai lebih luas lagi terutama saat kita membahas lingkup keluarga. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata romantis diartikan sebagai bersifat seperti cerita roman (percintaan), bersifat mesra atau mengasyikkan. 

Kalau dalam lingkup keluarga khususnya di bulan puasa, romantisme bisa kita artikan adanya suasana yang penuh kasih sayang dan mengasyikkan di dalam keluarga dalam menjalani ibadah puasa bersama-sama.
Sudah banyak kompasianer hari yang membahas romantisme ini dari sudut pasangan seperti suami-istri. Maka di sini saya akan membahas romantisme ini dalam sudut pandang seorang anak terhadap orang tua/keluarganya. 

Anak di sini bisa berupa anak sekolah atau mahasiswa dimana mereka biasanya harus tinggal terpisah karena urusan sekolahnya dan baru bisa pulang saat puasa seperti sekarang ini.
Maka si anak akan bisa memperkuat romantisme di dalam keluarganya jika ia bisa melakukan beberapa hal berikut ini;

Pertama, membantu persiapan sahur dan buka. 

Bagi seorang anak yang baru pulang ke rumah janganlah bermalas-malasan. Walaupun sedang menikmati liburan sekolah namun momen di rumah inilah waktunya kita berinteraksi dengan orang tua. Maka yang harus kita lakukan adalah membantu ayah dan ibu menyiapkan menu sahur dan berbuka puasa. Bantu di sini bisa berbentuk masak bersama, berbelanja, bersih-bersih dapur dan lain sebagainya. Usahakan kita melakukan hal-hal di atas tanpa perlu disuruh terlebih dahulu, kitalah yang harus punya inisiatif sendiri.

Kedua, rajin beribadah tanpa disuruh. 

Sadar atau tidak banyak dari kita yang malas-malasan saat liburan puasa di sekolah. Bahkan dalam urusan ibadah seperti shalat dan membaca al-quran banyak dari kita yang baru berangkat setelah orang tua kita teriak-teriak menyuruh. Nah usahakan hal ini tidak terjadi, ayo sebagai anak kita buktikan bahwa hasil belajar kita bisa kita praktekkan di rumah bahkan jika bisa kita mengajak orang tua kita untuk beribadah juga. Dengan melakukan hal ini pastilah hati orang tua kita akan senang dan bangga pada anaknya.

Ketiga, tanggap membersihkan rumah. Sekali lagi hal ini harus kita lakukan tanpa disuruh terlebih dahulu. Dengan ikut membersihkan rumah kita juga sudah mengurangi beban orang tua kita selain kita bisa mendapatkan suasana rumah yang bersih dan nyaman. 

Keempat, menjadi teman curhat orang tua. 

Liburan puasa ini waktunya kita perbanyak komunikasi dengan orang tua. Dengan cara curhat atau cerita tentang pengalaman selam bersekolah atau berbincang tentang keadaan rumah bisa membuat orang tua kita bahagia.

Dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan pada orang tua kita seperti makan bersama, mendengarkan nasehatnya, berkata sopan, mendoakan seusai shalat dan masih banyak lagi. Intinya kita harus berbakti pada orang tua kita, dimana orang tua menjadi senang sehingga bisa menjalankan ibadah puasa bersama keluarga dengan gembira tentunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline