Lihat ke Halaman Asli

Boikot AS dan Semangat Produk dalam Negeri

Diperbarui: 22 Desember 2017   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi dari http://www.islamedia.id

Aksi boikot memang sedang gencar digaungkan, apalagi setelah presiden Amerika Serikat mendeklarasikan Jerussalem sebagai ibu kota Israel. Banyak organisasi dan warga dunia yang ingin memboikot pemakaian barang dari negeri Paman Sam atas bentuk perlawanan atas deklarasi sepihak Donald Trump tersebut. Namun ternyata banyak orang yang masih pesimis dengan aksi boikot ini yang jelas sangat mustahil dilakukan oleh warga dunia termasuk oleh orang Indonesia. Karena jelas semua aspek kehidupan kita masih menggunakan produk dari Negara AS, lihat saja makanan, minuman, kendaraan, komputer, bahkan dunia internet dan aplikasi masih dominan buatan Amerika Serikat.

Boikot merupakan salah satu perlawanan yang sangat ampuh jika benar-benar terlaksana.  Langkah boikot biasanya diambil sebagai jalan terakhir karena secara kekuatan dan musyawarah kita tidak bisa mencari solusinya. Dengan boikot diharapkan pihak yang berkuasa tidak terlalu jumawa dan sombong dan mereka masih membutuhkan pihak mayoritas dalam hal ini warga dunia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia boikot diartikan bersekongkol menolak untuk bekerja sama. Dalam kasus ini berarti kita bersekongkol untuk menolak produk produk yang berasal dari AS.

Boikot yang efektif

Memang mustahil menolak semua produk dari AS, namun bukan berarti boikot tak bisa dilakukan. Kita tetap bisa melakukan boikot secara bertahap dengan jalan merubah gaya hidup. Misalkan awalnya kita menyukai Mobil buatan Amerika, nah sebagai bentuk boikot nantinya saat punya uang kita beli produk mobil lain missal dari Jepang atau Jerman. Contoh lain biasanya kita sering makan di McD atau KFC, sebagai bentuk boikot kebiasaan kita rubah pelan-pelan. Yang awalnya setiap hari nongkrong kita kurangi jadi seminggu sekali kemudian sebulan sekali dan akhirnya kita terbiasa untuk tidak kesana lagi.

Memang butuh waktu yang lama menerapkan boikot ini, dan tentu saja pihak AS tidak akan merasakan dampaknya dalam waktu dekat. Namun boikot model ini sangat efektif dalam jangka panjang, kita nantinya akan benar-benar bisa hidup tanpa barang buatan Negara AS. Jadi intinya perlahan saja kita memboikotnya sesuai kekuatan kita masing-masing.

Semangat Produk dalam Negeri

Aksi boikot bertahap ini bisa terlaksana jika kita barengi dengan semangat memakai produk dalam negeri. Secara bertahap kita utamakan produk dalam negeri kita dulu baru jika tak ada kita boleh saja sesekali menggunakan produk luar negeri termasuk dari AS. Misalnya masalah makan tadi, ya kita coba move on yang biasa makan di warung milik Paman Sam kita ganti Warteg atau Nasi padang yang jelas produk dalam negeri.

Dengan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan ini tentunya aksi boikot pada akhirnya akan mengangkat kemandirian ekonomi Negara kita sendiri. Karena secara langsung dan bertahap kita merubah gaya hidup kita dari yang suka produk Paman Sam jadi suka dengan produk asli dalam negeri. Mari kita coba merubah gaya hidup dari diri kita sendiri, semoga suatu saat berhasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline