Lihat ke Halaman Asli

Ini Alasan Karakter Siswa Tak Terbentuk Lewat Fullday

Diperbarui: 14 Juli 2017   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

radargorontalo.com

Siswa masih sama saja, mereka tambah berani sama guru nya sendiri. Itulah salah satu komentar guru yang mengajar di salah satu SMP Negeri yang sudah setengah tahun ini melaksanakan program Fullday school. Menurut Pak Guru program fullday kurang berjalan lancar, sehingga karakter siswa tak terbentuk dengan baik, malah bisa jadi semakin memburuk. Saya cukup tertarik dengan pernyataan bapak guru, dan setelah ngobrol panjang lebar, ada beberapa hal yang membuat sistem fullday gagal disekolahnya;

Pertama, banyak orang tua yang bekerja di hari sabtu. Berbeda dengan sekolah yang ada di tengah Kota yang hampir sebagian besar orang tuanya karyawan, sehingga mereka libur di hari sabtu bebarengan dengan anak sekolah. Namun bagi sekolah yang ada di pinggir kota lain lagi ceritanya, banyak orang tua siswa yang bekerja sebagai buruh pabrik, pedagang, tukang dll dimana orang tua tetap bekerja saat hari sabtu bahkan juga hari minggu. Sehingga hari sabtu yang diharapkan sebagai hari berkumpul dengan keluarga tidak bisa tercapai, apalagi mau menikmati wisata bersama keluarga, biasanya itu baru bisa beberapa bulan sekali.

Kedua, di hari sabtu aktivitas siswa tak terpantau. Karena orang tua bekerja dan siswa libur sekolah maka banyak siswa yang keluyuran tanpa ada yang memantau. Inilah yang berbahaya, bisa jadi anak akan terpengaruh oleh lingkungan yang salah sehingga penguatan karakter yang diajarkan di sekolah akan kalah dengan pergaulan anak sendiri. Belum lagi anak-anak zaman sekarang sudah mengenal pacaran, nah hari sabtu ini sebagai ajang mereka pacaran sampai ke tempat yang jauh dan tak terjangkau oleh orang tua... bahaya ...

Ketiga, terlalu banyak bermain gadget. Bagi yang gak punya pacar alias jomblo, biasanya hari sabtu mereka habiskan untuk bermain gadget atau game. Ini bahaya karena banyak dari mereka yang beranggapan waktunya balas dendam, sebagai ganti mereka sekolah sampai sore setiap senin-jumat, sabtu waktunya mereka habiskan waktunya bermain game atau gadgetan. Menurut saya jika mereka bermain dengan teman mungkin lebih baik daripada bermain gadget sendirian.

Nah mungkin ada lagi faktor lain yang mempengaruhi karakter siswa dalam sistem fullday ini. saya sendiri sebenarnya setuju dengan sistem fullday namun untuk jenjang sekolah menengah SMP dan SMA saja. Karena dengan adanya fullday minimal para siswa akan melaksanakan shalat dhuhur dan ashar secara berjamaah di sekolah, biasanya banyak loo anak sekolah sekarang yang lalai dengan shalatnya alias ndak mau shalat. Sedangkan untuk jenjang SD jangan dulu karena masih banyak yang harus dipertimbangkan. terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline