Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Hari Buku Nasional, Kepincut Novel Mbak Tere Liye

Diperbarui: 17 Mei 2017   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

beberapa novel Tere Liye yang saya sudah baca dok.pri

Hari ini merupakan hari yang cukup istimewa, kenapa bilang cukup istimewa...? istimewa karena kita sedang merayakan hari buku nasional, bilang cukup karena saya baru tahu ada hari buku nasional dan rasa-rasanya hari ini sama seperti hari biasanya yang telah lalu.hehe mungkin salah satu yang bikin spesial di hari buku Nasional ini adalah Kompasiana, karena saya tahu info ini tadi malam saat ada label haribukunasional oleh admin kompasiana.

Peringatan hari buku Nasional ini mengingatkan masa SD saya belasan tahun yang lalu. Saat itu saya sangat senang saat diajak ke toko buku oleh ayah, alasannya Cuma satu pasti akan dibelikan buku baru. Saat itu saya sedang mengoleksi buku kecil yang bercerita tentang nabi-nabi dilengkapi gambar yang menarik plus harga yang murah, seingat saya harganya 400 rupiah per-bukunya.

Dari kecil sampai dewasa ini saya sangat jarang membeli buku kecuali dibelikan orang tua, buku pelajaran atau soal-soal ujian UN, atau dapat hadiah hadiah dati teman.hehehe hampir tidak pernah saya berpikiran untuk membeli buku fiksi. Untuk masalah buku fiksi baik berupa novel, cergam dll biasanya saya pinjam di perpustakaan sekolah atau perpus takaan kabupaten yang punya koleksi lumayan lengkap bagi saya.

Namun semua itu berubah saat negara api menyerang...

Kisah singkatnya saat itu saya lagi nyari buku kuliah di TogaMas, salah satu took buku besar di malang. Nah karena lagi bosan berkeliaranlah saya mengelili semua rak buku, mulai rak komik, buku agama, buku-buku pelajaran bahkan rak buku tulis pun saya sambangi. Sampai akhirnya perhatian saya tertuju pada salah satu buku di rak novel, kalau tidak salah judulnya Ayahku (bukanlah) Pembohong. Karena mungkin menarik, iseng-iseng saya beli buku novel pertama ini.

Woow ceritanya sungguh keren (ungkapan bagi orang yang jarang baca novel), ceritanya seperti roller coster jungkir balik gak karuan. Bayangkan saja di bagian awal kita dibikin percaya bahwa sang Ayah bukanlah pembohong, kemudian di bagian kita diberi stimulus bahwa sang ayah seorang pengkhayal seperti dongeng dan begitu seterusnya.

Karena sudah kepincut akhirnya saya niatkan untuk membeli novel karya Mbak Tere liye lagi yang berjudul Negeri di ujung tanduk, kemudian lanjut Novel Hujan, dilanjutkan Novel berjudul Pulang, dan terus menerus hingga sampai sekarang saya sudah membaca sekitar 9 buku novel Mbak Tere Liye.

Nah dari cerita pengalaman saya ini ada beberapa refleksi yang perlu kita renungkan di hari buku Nasional ini:

Pertama, Buku masihlah menjadi salah satu jendela ilmu. Walaupun di zaman modern ini peran buku sudah banyak diambil oleh dunia teknologi dan internet, namun buka masih memiliki peran yang sangat vital. Masih ada beberapa keunggulan buku yang belum sepenuhnya dikuasai teknologi sekarang ini missal buku hemat energy, kan gak butuh listrik n dices hehehe

Kedua,Pentingnya budaya membaca buku. Inilah yang harus kita tanamkan pada generasi muda negeri ini. hal ini diperkuat dengan adanya program literasi yang sedang hangat-hangat nya di sekolah. Saya jadi ingat pas kelas 6 SD ada kegiatan banyak-banyakan membaca buku, siapa yang sudah selesai membaca buku bisa dengan bangga menuliskan namanya di belakang buku tersebut dan merekap nya di buku tulis masing-masing.

Ketiga, kualitas buku nasional tak kalah dengan dengan kelas internasional. Hal ini bisa kita lihat dari karya fiksi atau novel. Sangat banyak penulis kita yang karyanya best seller dimana tidak hanya penjualan bukunya yang wooww tapi juga isi ceritanya juga keren. Misalnya buku novel karya mbak Tere Liye tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline