Lihat ke Halaman Asli

Hameeda Fuad

Creative Teacher Trainer

Berapa Jumlah Guru yang Tersisa?

Diperbarui: 29 Desember 2022   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

BERAPA JUMLAH GURU YANG TERSISA?

By: Hameeda Fuad

Kita tahu sejarah ini: Dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, dijatuhi bom atom Amerika Serikat. Akibatnya, pada 15 Agustus 1945 Kaisar Hirohito mengumumkan Jepang menerima kekalahan dari tentara sekutu. 

Tapi tak banyak yang tahu persitiwa seputarnya: Saat Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu, Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jenderalnya dan bertanya, "Berapa jumlah guru yang tersisa?" Para jenderal pun bingung dan menegaskan bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar walau tanpa guru. 

Namun, Kaisar Hirohito menegaskan, "Kita telah jatuh karena kita tidak belajar. Kita kuat dalam senjata dan strategi perang, tetapi kita tidak tahu bagaimana membuat bom sedahsyat itu. Kalau kita semua tidak belajar, bagaimana kita akan mengejar mereka? Kumpulkan guru-guru yang masih tersisa di seluruh pelosok negeri ini. Sekarang kepada merekalah kita akan bertumpu, bukan pada kekuatan pasukan."

Kita juga tahu bahkan mengalami ini: Virus Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan China pada Desember 2019. Setelah itu terjadi penularan mendunia dan pada 11 Maret 2020 WHO mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi.

Tapi tak banyak yang tahu bagaimana guru dapat membantu mengatasinya: Saat korban sakit dan meninggal akibat Covid-19 terus bertambah kita ajukan pertanyaan serupa, "Berapa jumlah great teacher yang tersisa?" Semua yang mendengar mungkin bertanya-tanya mengapa yang ditanyakan great teacher. Apa bedanya guru dengan great teacher? Kita bisa ajukan jawaban serupa "Menghadapi Covid-19 tidak cukup hanya dengan mencari obat untuk mengatasinya. Kita harus belajar bahwa untuk bangkit kita membutuhkan mental untuk mengalahkan virus ini. Kepada Great Teacher lah kita bertumpu". 

Semua guru mengajar. Semua siswa belajar. Apa yang guru ajarkan menentukan apa yang siswa pelajari. Beda jenis guru, beda karakter siswa yang dihasilkan. Bagaimana respon siswa terhadap Covid-19 dipengaruhi oleh jenis guru yang mengajarkan kepada mereka.

Mediocre Teacher hanya bercerita di kelas tentang sejarah Covid-19, tentang bagaimana virus ini menelan begitu banyak korban jiwa dan tentang pemerintah menerapkan kebijakan. Dengan cerita ini, dirinya dan para siswa bertambah pengetahuan tapi boleh jadi malah menambah hidup makin was-was dan cemas.

Good Teacher menjelaskan bahwa Covid-19 bukan satu-satunya virus mematikan dalam sejarah umat manusia. Ia terangkan bahwa menjaga prokes dapat mencegah tertular virus. Ia uraikan perbedaan varian Covid-19; Alpha, Beta, Delta hingga Omicron. Penjelasan ini bisa menambah wawasan dan sekaligus bisa menyebabkan siswa menganggap wajar jika ia tidak berdaya.  

The Superior Teacher mendemonstrasikan hubungan antara Covid-19 dengan masalah politik. Ia tampilkan data dampak virus ini terhadap ekonomi masyarakat. Ia tunjukkan perbandingan data kematian akibat Covid-19 dan akibat virus lain dalam sejarah manusia. Ia tunjukkan bagimana covid menimbulkan kecemasan, ketegangan dan konflik di  masyarakat. Dengan ini siswa bisa semakin cerdas tapi mungkin miskin empati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline