Lihat ke Halaman Asli

Hamdi

Guru dan Pemerhati Sosial Budaya

Berbagi Peran, Siapa Takut?

Diperbarui: 6 Januari 2021   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penulis sengaja  memakai istilah  "berbagi peran" pada  judul  tulisan  ini. Lho,  apa  bedanya dengan "bertukar peran"? Menurut penulis dalam "berbagi peran" itu terjadi proses saling melengkapi antara suami dan istri tanpa melupakan peran dan kewajiban pokok masing-masing. Sedangkan dalam istilah "bertukar peran" tersirat makna adanya peran yang terbalik, suami mengerjakan peran istri dan sebaliknya istri melakoni  peran suami. 

Boleh jadi yang terjadi adalah, maaf, suami lupa peran utamanya sebagai leader dan pencari nafkah, sedangkan istri alpa dengan peran intinya sebagai pengayom anak-anak serta manajer rumah tangga.

Mungkin ada pembaca yang tak sepakat dengan pendapat saya tersebut, ya gapapa. Itu wajar dan sah-sah saja. Di alam demokrasi ini kebebasan berpendapat dijamin oleh konstitusi kita, yaitu pasal 28 UUD 1945. Setuju ya. Gitu aja kok repot!

Di saat pandemi ini merupakan momen yang tepat bagi pasangan suami istri untuk saling berbagi peran.  Penulis  yakin  jauh  sebelum pandemi pun proses berbagi peran  sudah dilakukan oleh banyak  keluarga.  Menurut  penulis,  di  zaman  yang  serba  cepat  berubah  ini,  berbagi  peran  sudah menjadi tuntutan sekaligus kebutuhan dalam keluarga. 

Misalnya, untuk menambah penghasilan istri bisa bantu-bantu mencari tambahan, sementara suami bisa meringankan tugas istri dengan mengerjakan urusan rumah, seperti memasak dan mencuci. Jika tugas saling berbagi peran  ini  dikerjakan dengan ketulusan kedua belah pihak, insyaa Allah suasana rumah tangga bisa lebih guyub dan harmonis.

Memang di zaman sekarang ini lumrah sebuah keluarga ada asisten rumah tangga (ART), terutama di perkotaan. Boleh dibilang  semua  urusan kerumahtanggaan diborong oleh ART, seperti mencuci,  memasak,  menggosok,  dan   mengepel.   Disebabkan  para  istri  yang  (juga)  bekerja  di  luar akhirnya  tugas-tugas domestik  tersebut  diambil  alih  oleh  ART, bahkan untuk mengasuh balita sekalipun. Sedangkan para suami justru lebih asyik dengan peran publiknya seperti mencari nafkah dan peran-peran sosial lannya.

Akibat kesibukan suami dan istri yang sama-sama bekerja akhirnya perhatian terhadap anak berkurang, apatah lagi untuk urusan remeh temeh di rumah. Justru di sini terlihat tidak adanya saling berbagi peran antara keduanya,  karena  asyik  dengan "dunianya" masing-masing. Dalam banyak kasus, anak yang sering menjadi korban akibat "ulah" ayah ibunya. 

Pada kondisi tertentu memang tidak bisa dihindari munculnya kondisi bertukar peran suami dengan istri. Misalnya, istri bekerja sebagai TKI di luar negeri,  mau  tak mau  sang  suami  yang  mengambil  alih  tugas-tugas  kerumahtanggaan,  seperti  mengasuh anak, masak, dan mencuci. Potret keluarga  seperti  ini  bisa  kita  lihat pada  sinetron  "Dunia Terbalik"  yang  ditayangkan  di  salah satu stasiun tivi swasta.  

Sinetron drama berbumbu komedi ini dengan sangat pas memotret pertukaran peran pada keluarga di  Ciraos di mana para suami melakoni peran domestik akibat ditinggal istri yang  mencari  nafkah  sebagai  TKI.  Konon,  diceritakan  dalam  sinetron  tersebut, fenomena "dunia terbalik" ini sudah berlangsung turun-temurun selama puluhan tahun. 

Kondisi lain yang berpotensi menimbulkan pertukaran peran suami istri yaitu saat suami terkena PHK. Sementara suami belum bekerja kembali maka  'terpaksa" istri   yang  bekerja  agar  dapur  tetap ngebul.  Meskipun  begitu,  faktanya  tidak  sedikit  para  istri  yang bisa menjalankan dua peran sekaligus,  mengurus keluarga  dan  mencari  nafkah.  

Sebenarnya  pertukaran  peran  dalam  kasus  ini  bersifat  sementara.  Jika  suami  sudah  bekerja kembali, seharusnya peran suami istri dikembalikan kepada situasi dan kondisi yang normal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline