Lihat ke Halaman Asli

Di Akhir Bulan Ini

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di Akhir Bulan Ini Oleh Hamdi Akhsan I Moga diakhir ramadhan ini tak ada badai yang akan menyapu kerinduan ini. Kasih abadi kan terukir bak cinta Qais pada Laila di tengah sepinya gurun. Harapanku, harumnya  bunga ini akan taburkan bibit  ke penjuru bumi. Terbang bersama angin dan kelak tumbuh di tanah baru yang subur. Kelak ketika  cahaya bulan pucat  sinari bibit baru  yang tumbuh. Dan bianglala pagi berikan energi  padanya tuk menatap dunia. Seekor burung kecil akan berkicau riang karena ada harapan. Tempat berhenti kala nafas tak sanggup lanjutkan langkah. II Ada hari yang datang dan pergi  dengan segala peristiwa. Embun pagi menghilang dan esok kembali membawa sejuk. Seribu tahun, seribu peristiwa  berlalu dalam pusaran  waktu. Dan manusia datang dan pergi bak butir debu di semesta raya. Kekasih, izinkan hamba untuk sejenak melepas kepenatan duniawi. Jasad ini telah begitu ringkih dalam pusaran purnama lima ratus bulan. Izinkan sejenak hamba pejamkan mata 'tuk mengingat sunyinya kubur. Agar tertahan segenap duka dan goresan sebelas bulan hilangnya masa. III Kini mayang telah berada di tengah jelang masa jadi sendahyang runtuh. Nafasku telah berada di tepian  waktu dekati  gelapnya tanah hitam. Kembali ke rumah tanpa jendela dan dinding pulalam yang indah. Kecuali berteman cacing dan suara jangkrik sambut purnama. Kekasih, hamba akan layu dan tunas baru akan tumbuh. Tidur nan abadi  jelang datang dan tiada lagi namaku. Akan hilang segala lelah menatap semua peristiwa. Bak  elang gurun  tercabut sayap dan musnah. IV Tertinggal di belakangku sebuah generasi baru. Bak tumbuhnya pohon di bekas pohon tumbang. Kelak, akan bersinergi dengan kicau burung-burung. Menatap dinamika  harmoni taqdir  yang harus dijalani. Kekasih, telah  kuhirup hikmah di balik  banyak  peristiwa. Hanya permainan badai yang datang dan pergi dalam sunyi. Ada tawa, pekik, kegembiran, dan airmata sebagai pelengkap. Dan akhirnya kembali dalam harumnya bau tanah disapu embun. Al Faqiir Hamdi Akhsan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline