Lihat ke Halaman Asli

Hamdanul Fain

Antropologi dan Biologi

Ketika Kemarau Merangkul Hujan

Diperbarui: 24 Januari 2021   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

instagram.com (waterloolibrary) via tribunnews.com

I
Kemarau enggan pergi
Hujan enggan datang
Mereka sedang berkelahi

Manusia merasa korban
Ramai-ramai memaki
Ramai-ramai menangis
Ada juga ramai-ramai berdoa

Kemarau tersinggung
Hujan pun merasa risih
Mereka akur kembali

Dan kemarau merangkul hujan
Hujan di atas
Kemarau di bawah
Lahirlah dari rahim mereka
Banjir dan longsor

II
Anak-anak menanam
Yang merasa dewasa menebang
Si miskin secukupnya memungut
Yang kaya sepuasnya mengeruk

Ramai-ramai mencaci cuaca
Ramai-ramai memaki gelombang
Keserakahan dilupakan

Kemarau pun merangkul hujan
Hujan di atas
Kemarau di bawah
Menetaskan banjir

III
Ketika kemarau merangkul hujan
Hutan pergi menjadi buruh migran
Disurati asap tak hendak pulang
Betah di negeri orang
Tak kerasan di negeri sendiri
Dibayar mahal di seberang

IV
Plastik dibuang ke sungai
Sisa pampers dilempar ke kali
Selokan tersumbat
Laut berserakan sampah
Terjebak di perut ikan
Kita santap lagi plastik-plastik
Kristal-kristalnya merobek sel-sel tubuh

Diberi saran, dinding kayu digebuk
Lain kali kepalamu ditabuh

Ketika itu, kemarau kembali merangkul hujan
Mereka risau, dan menggelontorkan debit air melimpah
Air mata pun tumpah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline