Lihat ke Halaman Asli

Hamdanul Fain

Antropologi dan Biologi

Di Balik Hari Pahlawan 10 November: Jejak Sumbangsih Islam dalam Pertempuran Dahsyat Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Diperbarui: 22 September 2020   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Tidak banyak yang tahu sumbangsih besar islam dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan akhir-akhir ini semakin terkubur jejaknya. Dalam sebuah diskusi santai bersama salah seorang alumni ilmu sejarah Universitas Negeri Malang (tahun 70an masih bernama IKIP Malang) Bapak Mursini Jahiban yang juga adalah dosen senior di Universitas Mataram, fakta sejarah itu dibedah begitu menarik. Saya berusaha menceritakannya dengan ringkas di sini.

Di dalam sebuah acara di Jawa Timur sekitar tahun 1989, pak Mursini mendengarkan pidato mantan Menteri Luar Negeri Profesor Roeslan Abdul Gani, yang juga adalah tokoh penting dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung. Di depan tamu undangan, prof Roeslan menyampaikan, islam memberikan pengaruh yang luar biasa dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Salah satunya adalah pertempuran di Surabaya, Jawa Timur. Di bawah komando Bung Tomo yang membakar semangat pejuang dan masyarakat dengan teriakan takbir, Allahuakbar, akhirnya menuai hasil yang mengantarkan pada mundurnya tentara sekutu yang hendak merampas kota Surabaya.

Keberhasilan memukul mundur pasukan sekutu itu diraih di luar nalar logika. Bagaimana mungkin masyarakat Indonesia bermodalkan bambu runcing bisa membuat kewalahan penjajah yang dipersenjatai alutsista lengkap. Ternyata di balik itu semua ada peran besar islam.

Sebelum Bung Tomo memimpin perjuangan melawan penjajah Belanda, pimpinan Nahdatul Ulama, KH Hasyim Asy'ari memerintahkan semua masyarakat Surabaya bahkan se-Jawa Timur untuk membaca surah yasin dan surah al baqarah ayat 255 (ayat kursi) secara kontinyu, terus menerus.

Menurut pak Roeslan, terjadi sesuatu yang begitu luar biasa di saat pertempuran. Tentara-tentara sekutu seolah kehilangan kesadaran dan linglung. Beliau menganalogikan dengan ikan yang keluar dari air dan tergelepak di darat yang cukup ditusuk dengan sekali tusukan sudah mati begitu saja. Seperti itulah situasinya pejuang kemerdekaan mendapatkan kemudahan untuk sekali tusuk dengan bambu runcing, tentara beralutsista lengkap langsung kehilangan nyawanya.

Mendengarkan penuturan isi pidato Prof Roeslan oleh dosen Universitas Mataram yang juga Antropolog lulusan Universitas Gadjah Mada ini, saya menjadi teringat sirah nabi Muhammad. Di hari menjelang hijrah, nabi Muhammad mendapatkan perintah dari Tuhan untuk membaca sembilan ayat pertama surah yasin di malam beliau keluar dari rumah. 

Benar saja, di malam baginda nabi dikepung di rumahnya, tidak ada sesuatu apapun yang menghalanginya untuk keluar dari pintu rumah. Baginda nabi Muhammad juga sempat menaburkan pasir di atas kepala orang-orang yang mengepung rumahnya tanpa mereka sadari.

Sayapun menjadi takjub dengan dua ayat dari sembilan ayat surah yasin yang dibaca baginda nabi. Berikut ini adalah arti dua ayat tersebut.

"Sungguh, Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah."
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 8)

"Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat."
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 9)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline