Lihat ke Halaman Asli

Hamdanul Fain

Antropologi dan Biologi

Puisi | Penantian di Atas Sampan

Diperbarui: 8 Juni 2020   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Mungkin ikan-ikan di lautan ini belum merasa lapar
Atau bahkan mereka sedang berpuasa?
Sedemikian kusut cemberut sampai kering asin tenggorokan
Umpan yang kulemparkan dengan cukup banyak mata pancing tidak juga dilahap

Hati panas dan dada sudah seperti gelas yang dituang air mendidih
"kriikkk"
Retak, pecah
...
Di atas sampan
Sudah berbilang banyak penantian
Hujan dan gelombang di waktu malampun tidak pupus harapan
Tapi napas mulai terengah dan lelah
...
Mungkin dunia ini terbalik
Seperti inginnya kubalikkan sampan ini dan tenggelamlah aku bersamanya di lautan lepas

Bukanlah aku sedang memancing dengan banyak kail dan menanti
Sepertinya akulah ikan di lautan ini
Yang jumawa melihat umpan
Kumasukkan ke dalam terkaman mulut
Tapi baru sedikit melumat lalu kubuang begitu saja

Kutengok ikan-ikan lain kawanku itu
Mereka lumat habis umpan dan ikut naik ke atas perahu
Mereka bermetamorfosis menjadi ikan asin, ikan kaleng, sate ikan, macam-macam

Di sisa serak suaraku bersorak
Kudengar mereka teriak dari kejauhan
"Inilah cara kami berterimakasih pada Tuhan, hai kawan!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline