Masih ingat dengan potongan lirik lagu berikut ini?
Ratu dunia ratu dunia,
Oh wartawan ratu dunia
Apa saja kata wartawan, mempengaruhi pembaca koran
Bila wartawan memuji, dunia ikut memuji
Bila wartawan mencaci, dunia ikut membenci
Wartawan dapat membina, pendapat umum di dunia
Lirik di atas adalah kutipan lagu kasidah yang dibawakan grup Nasida Ria. Lagu ini populer tahun 90-an. Mungkin kurang familiar di telinga generasi milenial yang baru lahir di atas tahun 1990.
Walaupun saya lahir sebelum tahun 1990, tapi ternyata kurang familiar juga di telinga. Baru dua bulan lalu saya temukan di youtube, sewaktu mencari lagu kota santri dan jilbab putih. Ya, hanya dua lagu ini dan satu lagu berjudul perdamaian yang paling lekat di telinga. Maklum, sering diputar di masjid jika ada kerja bakti di masjid kampung.
Lagu ini memang jadul, meskipun begitu, tidak lekang waktu karena liriknya sarat dengan makna. Bagaimana tidak penuh makna, pengarang lagu ini adalah KH Buchori Masruri. Beliau adalah mantan ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah periode 1985-1995. Selain berceramah dan mengajar, beliau berdakwah melalui seni musik.
Kyai dengan nama pena Abu Ali Haidar ini pernah berguru kepada KH Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta. Semasa nyantri, dirinya kerap diminta menuliskan ungkapan peribahasa berbahasa arab. Dari situlah salah satunya muncul inspirasi untuk lagu-lagu karya kyai yang berpulang pada 17 Mei 2018 ini. Satu tahun mendahului salah satu gurunya yang lain, yakni KH Maimun Zubair, meninggal di Mekah 6 Agustus 2019.
Mendengarkan lagu-lagu karya kyai kelahiran Purwodadi, Grobogan ini, seakan kembali hidup di era 90an. Dimana tidak kita dengarkan kegaduhan saling tuding dan saling buli. Suasana yang seakan begitu damai meskipun berada di bawah pemerintahan Soeharto yang agak ketat.
Kembali ke potongan lagu di awal tulisan ini. Wartawan melalui karya jurnalistiknya mampu membina pendapat umum masyarakat. Apabila frame daripada karya itu cenderung mencaci, maka akan berbuah masyarakat turut membenci kepada pribadi, tokoh atau kelompok organisasi itu. Begitu pula sebaliknya, bila isinya penuh pencitraan, sesuatu yang faktanya buruk bisa berubah seratus sembilan puluh derajat, malah dipuja-puji.
Ada pesan moral yang Kyai selipkan di dalam syair lagu ini untuk insan pers, bahkan untuk kita semua. Pesan itu dapat kita lihat dari kelanjutan lirik lagu "wartawan ratu dunia" ini.
Bila wartawan terpuji,
bertanggung jawab berbudi
Jujur tak suka berdusta,
beriman serta bertaqwa
Niscaya besar jasanya dalam membangun dunia.
Tetapi bila wartawan suka membuat keonaran
Tak jujur suka bedusta,
tak beriman tak bertaqwa
Biasa merusak dunia, ibarat racun dunia