Lihat ke Halaman Asli

Hamdanul Fain

Antropologi dan Biologi

Skincare Vs Tantangan Tidak Mandi Air Tawar Berhari-hari

Diperbarui: 6 Februari 2020   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: kompas.com

Semasa masih kuliah, kerap kali saya dan kawan-kawan harus menginap di Gili atau daerah pinggiran pantai. Mulai satu, dua hari sampai dua pekanan. 

Air tawar sudah pasti jarang kami temukan. Mandi dan cuci harus menggunakan air payau bahkan air laut yang asinnya bukan main. Di saat-saat seperti itu, produk skincare pun tidak terpikirkan.

Tantangan terberat untuk tidak mandi air tawar biasanya dihadapi jika kami harus menyeberang ke daerah Gili. 

Berhari-hari harus mengambil data baik sosial ekonomi atau data keanekaragaman bawah laut. Oleh karena itu, fokus pikiran mungkin tercurah atau lebih tepatnya terhipnotis hanya untuk urusan tugas. Perawatan badan dalam hal ini kulit, ya hanya seadanya. Cukup diguyur air asin.

Ada sebagian kecil kawan kami yang memang kepedulian pada perawatan kulitnya cukup "perfeksionis".  Bayangkan, ke daerah yang tidak ada air tawar saja, perlengkapan mandi dan produk skincare yang dibawa sangat lengkap. Mungkin para pembaca ada yang seperti ini.

Jika dipikir-pikir lagi, sebenarnya tidak mandi dengan air tawar (baca: hanya mandi dengan air laut) cukup menjadi perawatan kulit saya waktu itu. Mengapa? Kadar garam air laut mampu membuat kuman-kuman di kulit mati karena tidak menguntungkan bagi kelangsungan hidupnya.

Memang ketika sudah kembali ke rumah, rasanya seolah baru lepas dari penjara, karena bisa mandi air tawar. Meskipun begitu, tetap saja ada masanya merindukan tantangan berhari-hari mandi hanya dengan air laut.

Mungkin satu hal yang perlu menjadi catatan saya pribadi. Perawatan kulit tidak melulu harus menggunakan produk atau pun jasa skincare tertentu. Hal terpenting adalah kesadaran akan kebersihan tubuh sebagai wujud rasa syukur kepada sang pencipta kulit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline