Lihat ke Halaman Asli

Hamdanul Fain

Antropologi dan Biologi

Puisi | Masa Kecilku

Diperbarui: 9 Januari 2020   09:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: kompas.com


Menatap lembayung
Dan teringat masa kecilku
Dimana canda dan tawa
Mengisi hari-hari

Biarkanlah lembayung ini lebih lama
Agak tak temaram
Nestapa hati ini

Betapa indah mengenang masa kecilku
Bagaikan nirmala

Kini roda waktu terus berputar
Kenes nan bena walaupun berganti cendala
...

Indah barisan gemintang
Gemilang di angkasa
Pernah bermimpi
Di masa kecilku
Tentang hari esok
Untaian bahagia penuh hasta karya

Purnama menutup kerlap-kerlip
Dan seperti adanya
Bocah-bocah seolah dewasa
Bergumul di halaman
Kakek dan nenek terpingkal
Duduk dengan secentong kopi di berugaq
...

Pernah pun
Bermain suryakanta
Bahagia bersama sengatan mentari
Terpingkal terpana
Karena lembar-lembar kertas menyala

Bersenjata lidi bergetah pohon mangga
Memancing dengan tega
Capung-capung di udara
Ketika rintik-rintik mulai tiba
Melompat-lompat di rerumputan
Mengejar belalang
Nikmat nian dipanggang nanti sebelum pulang

Bercengkrama bersama hujan
Meskipun lebat
Berlarian di pematang sawah
Berkecipak memainkan air kali
Jernih berhanyutan
menunggang sebatang kedebong pisang

Betapa indah
Masa kecilku
Terima kasih Tuhan
...

(Berugaq: Serupa gazebo dari kayu ataupun bambu, kalau tiangnya empat kadang disebut sekepat, sedangkan untuk tiangnya enam disebut sekenem.
Kedebong: batang pisang.
Kata-kata dari bahasa sasak, suku asli yang ada di Lombok)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline