Lihat ke Halaman Asli

Hamdanul Fain

Antropologi dan Biologi

Boleh, dong, Odapus Jadi Ibu

Diperbarui: 23 Desember 2019   17:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seminar awam lupus di Mataram, Sabtu 21 Desember 2019 (Sumber: dokumentasi pribadi)

Menjadi ibu adalah dambaan setiap wanita. Normalnya sih begitu. Bagaimana dengan pengidap lupus (odapus), apakah bisa menjadi seorang ibu?

Lupus adalah penyakit autoimun. Pasukan kekebalan yang ada di dalam tubuh malah menyerbu bagian tubuh sendiri. Salah sasaran yang seharusnya membabat kuman penyakit yang menyelusup masuk dari lingkungan dan makanan.

Banyak odapus yang salah diagnosa karena lupus seringkali menunjukkan gejala yang mirip dengan penyakit lain. Sebab itulah sering juga disebut sebagai penyakit seribu wajah. Begitulah yang terjadi dengan istri saya. Salah diagnosa sampai salah obat. Badan istri dulu sempat membengkak.

Salah diagnosa dan obat baru diketahui ketika ia dirujuk ke Surabaya. Kebetulan di Surabaya ada dokter spesialis penyakit dalam dengan subspesialisasi yang menangani kekebalan tubuh. Barulah setelah lama berobat dan konsultasi akhirnya berangsur-angsur tubuh istri normal kembali.

Menjawab pertanyaan di awal tulisan, apakah odapus bisa jadi ibu? Saya ingin menjawabnya dengan pengalaman hidup keluarga kami. Ijinkanlah, hehe...

Sekarang anak kami sudah dua. Keduanya laki-laki. Semoga kami sekeluarga diberikan kesehatan selalu, demikian juga pembaca semuanya. Aamiin, ya Rabbal alamiin.

Istri sempat cemas di awal-awal menikah. Begitu juga di masa awal kehamilan anak pertama. Ada yang lucu dan sekaligus memilukan. Belum ada tanda-tanda hamil, kami malah ngebolang ke daerah Santong, Lombok Utara untuk berburu buah durian. Ada satu pedagang saja yang memajang durian di depan lapak buahnya. Dikarenakan sudah waktu sholat zuhur, kami putuskan sholat terlebih dahulu. Apa mau dikata, durian incaran tadi sudah ludes dibeli orang. Keinginan istri makan duren tidak tercapai.

Beberapa hari kemudian istri harus berangkat ke Surabaya untuk keperluan kampus. Di Bandara Juanda ia ditabrak troli oleh seorang ibu-ibu yang dengan cuek tidak teratur mengendalikan jalan troli yang didorongnya sebelah tangan.

Perut istri mulai terasa agak begah dan perih setelah insiden di Bandara Juanda. Setelah menggunakan tes pack kehamilan barulah ketahuan ternyata hamil. Pemeriksaan kehamilan lanjutan dilakukan selepas semua urusan di Surabaya selesai. Di salah satu Rumah Sakit Pemerintah di Mataram dilakukan pemeriksaan USG. Sepertinya akan terbentuk dua calon bayi tapi salah satunya mengalami perdarahan. Beberapa minggu istri harus bed rest, tidak boleh beraktivitas berat.

Dua kali istri berkonsultasi ke surabaya. Sekali saat hamil dan ketika anak pertama sudah berumur    setengah tahun kalau saya tidak salah ingat.

Secara genetika ada peluang anak untuk terkena penyakit autoimun turunan dari ibunya. Akan tetapi berbeda antara bayi laki-laki dengan perempuan. Penurunan penyakit pada bayi laki-laki perbandingannya 1:200, sedangkan bayi perempuan 1:40. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline