Wabah covid-19 sampai dengan saat ini masih menunjukkan tren yg terus meningkat. Ini akan sangat berimbas roda perekonomian dimana sebagai penggerak utamanya adalah dunia usaha. Berikut ini hasil analisa DCODE, sebuah perusahaan konsultal Ekonomi dan Finansial kelas dunia yg bermarkas di Kairo Mesir.
Imbas paling parah diderita oleh perusahaan pariwisata, disusul oleh perusahaan maskapai dan pelayaran, dan seterusnya sebagaimana pada gambar diatas. Namun tidak semua sektor akan mengalami "loss" karena wabah ini. Sektor yg justru akan menaikkan keuntungan yaitu dimulai dari sektor pertanian, e-commerce (perdagangan secara eletronik), ICT (Information & Communication Technology), dst.
Yang menarik adalah, perusahaan yang diramalkan bakal meraup untung terbesar adalah perusahaan pengolahan pangan dan retail, tentunya setelah perusahaan alkes. Sebenarnya tidak terlalu mengherankan, mengingat pangan adalah kebutuhan utama manusia dalam kondisi apapun. Apalagi ketika harus menjalani isolasi mandiri alias diam di rumah untuk menekan penyebaran wabah covid-19.
Pengolahan pangan disadari dapat mendongkrak kesejahteraan petani. Oleh karena itu lah, arahan usaha tani yg dikenal dg *panca usaha tani* disempurnakan menjadi *sapta usaha tani*. Panca usaha tani berhubungan dengan proses di lahan (on farm), yaitu (1) pengolahan tanah, (2)pengairan yang teratur, (3)bibit unggul, (4)pemupukan, dan (5) pemberantasan hama penyakit. Lima aspek ini kemudian ditambah dg 2 aspek lagi menjadi Sapta Usaha Tani, yaitu : (6) pengolahan pasca panen dan pemasaran, dan (7) pemasaran.
Ketujuh aspek tersebut diatas tentu akan lebih efektif apabila didorong oleh berbagai pihak (baca: lintas OPD) dengan saling bersinergi. Lembaga komisi irigasi bisa memainkan perannya, menjadi katalisator dalam mendorong terwudunya kesejahteraan petani. Salah satu dampak meningkatnya kesejahteraan petani diharapkan dapat menekan laju alih fungsi lahan.
Salah satu kegiatan konkrit yang saya usulkan untuk langkah ini adalah, komir dapat merekomendasikan *penyusunan modul pembinaan petani* yg terintegrasi. Modul ini menjadi bahan acuan semua petugas lapangan, baik Juru SDA (pengairan), PPL, Pendamping Desa, TPM, dsb. Pengurus kelompok tani harus memahami sistem pengelolaan irigasi, demikian juga pengurus HIPPA juga harus memahami pola-pola usaha tani. Mereka akan menjadi urat nadi bagi gerakan kebangkitan sektor pertanian di Jember, dengan mendudukkan petani sebagai subyek pelaku, bukan obyek penderita.
Beberapa modul yang saya usulkan diantaranya, yaitu:
- Modul SOP-GAP Padi organik
- Modul SIMANTRI (Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi)
- Modul Mengelola Irigasi tersier
- Modul Mengelola Lembaga Petani HIPPA/Poktan
- Modul Mengelola sampah organik
- Modul Mina Padi
- Modul Pengendalian Hama Terpadu
- Modul Usaha Tani hemat air (Pola SRI)
- Modul Mengelola BUMDes
- Modul Koperasi Petani
- Modul Desa Mandiri Pangan dan Energi
- Dan sebagainya
Modul-modul tidak hanya sebatas teori tapi juga akan lebih baik lagi kalau ditunjang dengan adanya lokasi percontohan, baik yg sudah eksis maupun dalam tahapan pembinaan dari pemerintah/non pemerintah.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H