Lihat ke Halaman Asli

Hamdani Mulya

Penulis dan Guru SMAN 1 Lhokseumawe, Provinsi Aceh

Nilai Pendidikan Islam dalam Perayaan Maulid di Aceh

Diperbarui: 2 November 2024   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nilai Pendidikan Islam dalam Perayaan Maulid di Aceh


Oleh Hamdani Mulya, S.Pd

Guru SMAN 1 Lhokseumawe dan Pegiat Literasi di Forum Penulis Aceh
 
  "Masa hijrah Nabi Muhammad
  Neutinggai teumpat Mekkah mulia
  Bak watee suboh Nabi beurangkat
 Dua ngon sahbat ngon Abu Bakar"

Artinya :
"Masa hijrah Nabi Muhammad
Meninggalkan tempat Mekkah Mulia
Ketika waktu subuh Nabi berangkat
Berdua dengan sahabat Abu Bakar"
(Kasidah Aceh karya Tgk. M. Thaib Abu Bakar)

Memahami Dike Aceh
Sebait senandung kasidah Aceh di atas sering dilantun pada acara meudike ketika memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw. Dike berasal dari kata zikir dalam bahasa Arab yang berarti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan berulang-ulang. Zikir juga sebuah aktivitas ibadah umat Islam untuk mengingat Allah.


Dike Aceh mengalami pergeseran makna yang meluas yang berarti seni membaca puji-pujian kepada Allah Swt, shalawat kepada Rasul, dan membaca sejarah Islam dengan ragam bahasa sastra yang indah. Sedangkan kasidah adalah seni suara yang bernapaskan Islam, di mana lagu-lagunya banyak mengandung unsur-unsur dakwah Islamiah dan nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam.


Aceh daerah yang berjuluk Serambi Mekkah merupakan sebuah wilayah yang sangat kental dengan nilai-nilai Islam. Syiar Islam di Aceh terlihat dari berbagai sisi kehidupan. Ajaran Islam yang luhur telah menyatu dalam tatanan masyarakat Aceh di segala bidang.


Sanusi M. Syarif (2005) memaparkan bahwa adat istiadat yang tumbuh, hidup dan berkembang di masyarakat hakikatnya merupakan refleksi daripada nilai-nilai agama Islam sesuai dengan hadih maja, (peribahasa Aceh sebagai falsafah hidup) rakyat Aceh "Hukom Ngon Adat, Lage Zat Ngon Sifeut," bermakna bahwa antara adat dengan hukum adalah seperti zat dengan sifat, menjadi satu dan tidak boleh dipisahkan.


Denyut nadi syiar Islam telah menyatu dalam darah masyarakat Aceh. Salah satu syiar Islam yang terlihat begitu kental di Aceh dapat ditemukan pada acara perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw yang diperingati setiap tahun.


Kemeriahan Peringatan Maulid di Aceh
Dalam perayaan maulid di Aceh, momen religius ini telah menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh yang dalam kehidupannya sehari-hari melekat dengan nilai adat dan budaya. Maka tidak mengherankan apabila memasuki bulan Rabiul Awal, perayaan maulid Nabi terlihat sangat meriah.


Filolog Aceh Hermansyah, M.Th, M.Hum ahli manuskrip memaparkan bahwa Maulid Nabi di Aceh merupakan perayaan penting dan semarak. Kecintaan masyarakat Aceh terhadap maulid terlihat dengan banyaknya kitab-kitab tentang maulid yang ditulis dengan bahasa yang indah, dipenuhi dengan hiasan yang memiliki keistimewaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline