Gerakan Reformasi 1998 yang menandai akhir pemerintahan Soeharto merupakan titik balik kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun semangat dan agenda perubahan yang diyakini mampu menawarkan perbaikan kehidupan rakyat, nyatanya telah hilang. Pilar-pilar reformasi perlahan jatuh berguguran, tergerus oleh ketiadaan moralitas dan etika dari para pemimpin. Sebuah ironi, karena para pemimpin yang hadir di panggung politik, ekonomi dan sosial adalah mereka para patriot di awal masa reformasi. Semangat dan idealis, mereka seolah tergadai oleh jiwa-jiwa hedonisme sempit. Kondisi ini memaksa rakyat untuk hidup dalam relaitas, bahwa mereka telah dilupakan.
In Absentia pemimpin ditengah masyarakat telah memicu kebebasan yang berlebihan. Rakyat lebih menyukai pilihan ’bahasa’ kekerasan dalam mencari solusi sebuah masalah. Anarkis dan beringas seolah menjadi watak asli yang tak habis dipertontonkan. Kehidupan seolah begitu mencekam, berbagai tindak kejahatan menjadi hantu kemerdekaan. Negara seperti hilang ditengah warganya yang 'otoriter'. Masih adakah watak asli masyarakat Indonesia yang terkenal ramah dan sopan-santun?, Hilang kemana watak asli tersebut?
Setidaknya itulah sedikit dari sekian banyak pertanyaan yang hinggap. Masyarakat seolah hidup tanpa keteraturan, meski ada peraturan. Hukum hanya menjadi barang mati. Namun terkadang menjadi senjata mematikan. Terlebih bagi mereka yang bodoh, miskin dan tak memiliki kekuasaan. Sebuah antitesis dari apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa. Indonesia tidak lagi merdeka, Indonesia tidak lagi berdaulat.
Mewujudkan Indonesia merdeka bukanlah pekerjaan sehari semalam. Indonesia bukanlah mitologi atau legenda, yang hidup dalam angan dan cerita leluhur. Tapi Indonesia merupakan negara-bangsa yang berdaulat, atas wilayahnya yang membentang dari barat ke timur dari utara ke selatan. Juga atas rakyatnya, yang hidup dalam keberagaman dalam semangat kesatuan dan persatuan. Setidaknya itulah alasan para pendiri bangsa mendirikan negeri ini. Sebuah negeri besar, yang memiliki peran signifikan dalam kehidupan masyarakat internasional.
Pemikiran dan budi luhur pendiri bangsa, menuntun pada lahirnya konsepsi Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H