Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga
Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar peribahasa ini. Ya, kalau kita menghubungkan dengan kehidupan di dunia, peribahasa ini sangat relevan, dari doeloe sampai sekarang.
Seberapa pun kebaikan yang dilakukan, jika ada "setitik" kesalahan, segebung kebaikan tersebut seakan hilang tak berbekas. Seakan tidak ada artinya dan tidak pernah terjadi.
Hal ini terjadi pada salah seorang teman, sebut saja Michael.
Michael merasa pengorbanannya selama ini tidak dihargai oleh kakak perempuannya, Elsa (nama samaran).
"Elsa memintaku untuk tinggal di rumahnya Susan yang Elsa tempati. Elsa akan ke Jakarta untuk membantu merawat Linda yang terkena kanker rahim dan harus dioperasi untuk pengangkatan rahim dan setelah itu menemani Linda menjalani kemoterapi selama beberapa kali.
"Awalnya aku menolak. Tapi setelah dibujuk oleh Mira, kakak perempuanku yang lain, aku menyanggupi. Karena setelah covid, pendapatanku turun drastis. Les privat berkurang satu demi satu. Aku mulai kesulitan dalam keuangan.
"Oleh karena itu, aku terpaksa menyanggupi karena aku tidak punya pilihan lain yang lebih baik. Sebenarnya aku juga tidak mau terus-menerus di rumah Susan. Aku mau mandiri. Tidak mau nebeng terus di rumah saudara.
"Memang aku salah. Seharusnya aku berpikir untuk secepatnya keluar. Karena, cepat atau lambat, Elsa akan pulang kembali, menguasai rumah Susan, dan kalau pendapatanku tidak membaik, aku akan mengalami kesulitan tinggal serumah dengan Elsa.
"Ternyata aku terbuai dengan kenyamanan. Aku merasa dalam zona nyaman karena ketidakjelasan kondisi Linda. Karena ketidakpastian kapan Elsa kembali. Ternyata setelah tujuh bulan, dari Februari ke akhir Agustus, masa "bulan-bulan madu" itu berakhir.