Lihat ke Halaman Asli

Hamdali Anton

TERVERIFIKASI

English Teacher

Sentilan Literasi dalam "The Equalizer"

Diperbarui: 30 Agustus 2024   16:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi(IMDb via kompas.com)

Mendengar urutan Indonesia yang ke-66 dari 81 negara menurut hasil Program for International Student Assessment (PISA) di tahun 2022, tentu saja membuat hati prihatin. Matematika, Membaca, dan Sains tidak disukai oleh kebanyakan warga +62.

Beruntung, saya berlatar belakang keluarga yang gemar membaca, meskipun orangtua tidak pernah menempuh pendidikan tinggi. Ayah dan Ibu hanya lulusan SMP, namun mereka punya minat baca yang sangat besar. 

Majalah, surat kabar, dan buku. Semua peninggalan mereka dalam bentuk bacaan sampai sekarang masih ada di rumah kenangan di Balikpapan, meskipun mereka sudah tiada. Kakak laki-laki saya, A, tetap merawat dan menjaga buku dan majalah tersebut, meskipun usia bacaan sudah tidak muda lagi. Terkadang saya rindu untuk membaca kembali buku-buku dan majalah-majalah tersebut di sana. Mungkin kelak saya akan membawa semua buku dan majalah tadi ke rumah saya di Samarinda.

Film "The Equalizer" adalah salah satu film yang berkesan di hati saya. Sebenarnya sudah cukup lama saya ingin menonton film ini, namun selalu tidak pernah kesampaian. Baru di tahun 2022, saya mempunyai kesempatan untuk menontonnya.

Denzel Washington adalah salah satu pemain film favorit saya. Bagi saya, dia aktor yang berkarakter kuat dalam setiap film yang dia bintangi.

Salah satu film beliau yang sudah lama ingin saya tonton, "The Equalizer", bukan hanya sekadar film yang membahas tentang mantan agen pemerintah yang ternyata masih "bertaji" di usia senja, namun ada hal 'unik' di dalam film ini, khususnya yang berhubungan dengan literasi.

Justru hal yang "berbeda" tersebut yang menjadi daya tarik di mata saya.

Disebutkan Robert McCall (Denzel Washington) mempunyai komitmen membaca seratus buku semenjak istrinya meninggal. Dia mengikuti hobi istrinya dalam menetapkan target.

Dia mempunyai kebiasaan membaca sebelum tidur, dan sampai lewat tengah malam, McCall tetap tidak bisa tidur. 

Dia pada akhirnya membawa buku yang masih belum selesai dibacanya, sambil membekali diri dengan sekantung teh celup, dan lalu pergi ke coffee shop terdekat yang buka 24 jam.

Dia memilih tempat duduk yang biasa dia tempati di pojokan, mengatur sendok dan garpu dengan rapi. Sang pemilik seperti sudah biasa dengan kebiasaan McCall. Dia datang dengan seteko air panas dan menuangkan air panas ke mug McCall. Tentu saja, McCall secara langsung memasukkan kantung teh celup yang sudah dia bawa dari rumah tadi ke mug. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline