Mengarang.
Satu hal yang saya benci waktu saya masih berstatus pelajar Sekolah Dasar (SD), apalagi sewaktu mendapat ulangan mengarang saat ujian semester.
Tentu saja, ulangan mengarang ini terdapat pada ulangan pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Kalau tidak salah, siswa kelas empat, lima, dan enam SD yang mendapat ulangan mengarang tersebut di seputaran tahun 1980-an.
Memasuki era yang semakin kekinian, ulangan mengarang "menghilang" dari ujian akhir semester di Sekolah Dasar (SD). Ujian akhir semester mata pelajaran bahasa Indonesia hanya terdiri dari Pilihan Ganda (PG), Isian, dan Uraian.
Mengapa ulangan mengarang menghilang?
Tentu saja, sudah sejak lama saya bertanya-tanya dalam hati perihal menghilangnya ulangan mengarang.
Mengapa ulangan mengarang menghilang?
Menurut pandangan saya, ada 2 (dua) hal yang menjadi faktor penyebabnya, yaitu:
a. Subjektif dari segi penilaian
Menjadi persoalan besar dalam menilai karangan para peserta didik adalah standar penilaian karangan tersebut.
Saya mencermati kalau kebanyakan guru bahasa Indonesia yang saya kenal tidak mempunyai standar penilaian karangan saat menilai karangan para peserta didik.
"Pakai 'perasaan' saja, Pak," jawab S, salah seorang rekan guru bahasa Indonesia, sewaktu saya menanyakan bagaimana dia menilai karangan para peserta didiknya.
Bukan cuma S. Ada beberapa guru bahasa Indonesia lainnya yang melakukan hal yang sama. Segelintir guru bahasa Inggris yang saya tanya juga sebelas-dua belas parahnya dalam menilai karangan berbahasa Inggris dari peserta didik.