tiada kata terucap di tengah kemuraman,
hanya ada kelu yang tak bisa terlontar,
semua tersimpan rapat dalam angan.
Kala mata nanar menatap malam,
bulan dan bintang menghias angkasa,
awan berarak berjajar membentuk barisan,
bunyi jangkrik bersahut-sahutan.
Waktu berlalu begitu rupa.
Entah sudah berapa purnama. Bayangan itu tetap ada, terpatri, tertanam, tersimpan di dalam folder kenangan masa silam.
Foto demi foto merupa di depan wajah, mengguratkan segaris kerut di dahi setiap malam, meluapkan tetes air mata membanjir membasahi pipi.
Apakah rasa bersalah ini akan tetap abadi?
Segala sesuatu sudah terjadi, tidak bisa diulang kembali.
Tidak ada cetakan kedua. Seandainya hidup layaknya buku dengan terbitan edisi terbaru, yang terbit semau kita.
Hidup harus tetap berjalan maju. Sesekali tidak masalah memandang ke belakang, tapi ingat, masih ada keluarga yang menyertai raga. Warnai kehidupan selagi masih bisa. Bukan dengan tangisan. Tidak dengan penyesalan.
Buktikan, bahwa kesalahan kala dulu tidak terjadi kembali di masa kini dan mendatang.
Anton
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H