Lihat ke Halaman Asli

Hamdali Anton

TERVERIFIKASI

English Teacher

Disabilitas "Two-Face" dan Kisah 20 Tahun Bersamanya

Diperbarui: 3 Desember 2021   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (ambroo via pixabay.com)

Bicara tentang disabilitas, mungkin banyak orang tak mengira kalau saya "tidak baik-baik saja". 

Secara fisik, saya lengkap, mempunyai organ tubuh yang sempurna dan tanpa kendala. Mata bisa melihat, telinga dapat mendengar, kaki bisa melangkah berjalan bahkan berlari, dan lain sebagainya. Namun itu dari penampilan fisik di luar diri. 

Di dalam diri, ada "sesuatu" yang mungkin tak pernah terbayang di benak kebanyakan orang. Suatu "kondisi" yang biasanya diidap oleh kebanyakan orang yang berusia lanjut. Saya mengalami "lumpuh" saraf sensorik di bagian wajah sebelah kiri.

Kalau stroke biasanya dialami oleh kebanyakan warga lanjut usia (lansia) dimana terjadi kelumpuhan saraf motorik dan sensorik di satu sisi tubuh dari kepala sampai kaki, entah sisi tubuh sebelah kiri atau kanan saja, sehingga mengalami kendala dalam beraktivitas, maka saya hanya mendapat kelumpuhan saraf sensorik saja. Saraf motorik masih baik-baik saja. Masih dapat menggerakkan otot-otot wajah sebelah kiri.

Awalnya saya tidak tahu kalau saya mengalami kelumpuhan saraf sensorik di bagian wajah sebelah kiri imbas dari kecelakaan lalu lintas yang saya alami 20 tahun yang lalu. Kecelakaan sewaktu saya mengendarai sepeda motor. 

Saya tidak mengingat bagaimana terjadinya kecelakaan tersebut. Dokter mengatakan, kemungkinan saya mengalami gegar otak ringan, sehingga ada fragmen-fragmen ingatan yang "terlepas" dari pikiran.

Dan mengenai kelumpuhan saraf sensorik yang saya idap ditandai dengan adanya rasa tebal di kulit wajah sebelah kiri yang terkena benturan. Awalnya, saya mengira bengkak di wajah sebelah kiri beserta rasa tebal yang saya rasakan akan hilang dengan sendirinya setelah waktu berlalu.

Bengkak di wajah sembuh, tapi rasa tebal masih tetap saya rasakan.

Waktu saya menanyakan perihal rasa "tebal" tadi pada dokter saat datang kembali memeriksa kondisi pasca kecelakaan di rumah sakit, sang dokter menyarankan saya untuk pergi ke laboratorium demi mendapat hasil foto rontgen tengkorak kepala saya.

"Mungkin ada yang retak," begitu katanya.

Setelah foto rontgen keluar, saya kembali ke rumah sakit dan dokter memeriksa foto tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline