Lihat ke Halaman Asli

Hamdali Anton

TERVERIFIKASI

English Teacher

Kembali ke Kertas dan Pulpen, Kenapa Tidak?

Diperbarui: 9 Agustus 2020   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay.com/StockSnap

Awal Juli merupakan saat yang menyebalkan bagi saya. Kenapa? Karena setelah laptop saya rusak di awal Februari lalu, menyusul di awal Juli, smartphone saya juga ikut-ikutan rusak.

Akibatnya, saya tidak bisa berbisnis online dan menulis. Untuk mengajar les privat, saya masih bisa menjalankan, karena masih mengandalkan pertemuan tatap muka. One by one student.

Tapi untuk berbisnis online dan menulis di blog, saya tidak mungkin melakukannya.

Sempat bingung mau ngapain saat malam tiba atau saat ada waktu luang di pagi dan siang hari. 

Sampai pada suatu titik, saya memutuskan untuk kembali ke kertas dan pulpen. Kembali ke cara di saat awal pertama kali saya jatuh cinta pada menulis.

Kembali ke 'cinta' mula-mula

Menuangkan buah pikiran dengan kertas dan pulpen adalah 'cinta' mula-mula saya pada menulis.

Mulai dari kertas biasa, lalu buku-buku kecil seukuran saku, kemudian buku tulis, sampai buku jurnal yang cukup mahal harganya menurut pendapat saya, sudah pernah saya coba semua.

Karena laptop dan smartphone menyuguhkan kecepatan dan fleksibilitas pemakaian, hati saya berpindah. Terkadang masih menulis di kertas, namun intensitasnya tidak banyak.

Lumpuhnya kedua gawai saya dan tak bisa diperbaiki lagi, menyebabkan hati saya harus kembali.

Saya harus berpisah dengan laptop yang sudah 13 tahun menemani dan smartphone yang 'baru' tiga tahun menyertai.

Keduanya sudah mewarnai kehidupan produktivitas saya dalam mengajar, menulis, mengunggah video gitaran saya ke YouTube, berbisnis online, dan lain sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline