Jari jemari menari. Menuliskan kata demi kata. Ada yang menanyakan kabar diri. Ada juga yang sekadar basa-basi.
Kedua mata fokus ke layar hape. Jari jemari bergerak ke sana ke mari. Waktu jadi tak bertepi. Kegiatan seakan monoton tak berarti.
Ponsel pintar seakan menjadi kebutuhan utama. Tiada hari tanpa dia. Ruang gerak manusia dibatasi. Kedua kaki jadi tak bisa melangkahkan diri.
Dari pagi ke pagi lagi. Gawai menjadi teman di saat sepi. Ada yang hanya menggunakan untuk menghibur diri. Ada juga yang masih gigih mencari sesuap nasi.
Kapan pandemi ini akan berakhir? Satu bulan lagi? Dua bulan kemudian? Tak ada seorang pun yang dapat menjawabnya.
Jari-jari mulai letih menari. Tenaga diri mulai terkikis. Kesenangan sudah tak ada lagi. Kesabaran sudah hampir habis.
Meskipun begitu, selalu ada harapan. Selalu ada titik terang. Selama hayat masih dikandung badan. Tetap akan ada masa depan.
Jari jemari menari. Huruf demi huruf tertata. Menuangkan isi hati. Menjaga konsistensi tetap terpelihara.
Samarinda, 19 April 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H