"Jengkel aku!" kata Susan, sewaktu baru pulang kerja sore itu.
"Ada apa, Yang? Kenapa jengkel? Jengkel sama siapa?" tanya Joko, sang suami, yang lagi anteng duduk di sofa sambil membaca koran.
"Itu, Say, si Ronald. Udah tau kita kerja di ruang ber-AC, eh dia malah seenaknya merokok di dalam ruangan. 'Gak ada bos. Aman'. Begitu katanya!" Susan mengambil gelas dari lemari, mengisinya dengan air sampai penuh, lalu meminumnya sampai licin tandas tak tersisa.
"Menurutku, orang-orang yang merokok adalah orang-orang yang "aneh"," sambung Susan.
"Kenapa kau bilang "aneh"?" tanya Joko.
"Karena kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang cerdas; mereka tahu bahaya rokok bagi kesehatan tubuh mereka; mereka tahu ada pengeluaran besar untuk membeli rokok; mereka tahu kalau orang-orang lain yang tidak merokok akan terganggu kesehatannya bila mereka merokok di sekitar. Mereka tahu semua itu, tapi mereka tetap saja merokok," Susan berkata sambil mengembuskan napas kesal.
"Si Ronald itu tidak ada niat untuk berhenti merokok?"
"Sebenarnya dulu dia sempat berhenti. Itu menurut pengakuannya. Tapi dia bilang, tak lama, kumat lagi. Tobatnya cuma sebentar."
"Oh, kurasa aku tahu apa sebabnya kumat lagi," kata Joko, sambil menaruh koran di atas meja dan meraih gelas yang berisi jus apel kegemarannya.
"Apa sebabnya, Say?" Susan duduk di sofa, di sebelah suami tercinta, yaitu Joko (ya iya lah, siapa lagi ^_^).
"Mau tau aja atau mau tau banget?" tanya Joko tersenyum.