Dua tahun sudah mama tidak berada bersama kami, anak-anaknya. Banyak kenangan-kenangan suka maupun duka, manis maupun pahit.
Semarah apa pun mama pada kami, beliau tetap menyayangi kami tanpa syarat.
Kami sudah tak bisa melihat senyumnya lagi.
Kami sudah tak bisa mendengar suaranya lagi.
Kami sudah tak bisa mengajak beliau makan di luar.
Beliau mengasuh, merawat, mendidik kami, tujuh bersaudara yang mempunyai karakter berbeda. Sulit? Saya merasakan kesulitan mengajar satu kelas dengan sekitar 30 murid dalam waktu hanya 70 menit. Nah, mama merawat kami sejak bayi, tujuh orang, dari kecil, remaja, sampai dewasa, tanpa bantuan pembantu atau asisten rumah tangga.
Terkadang saya heran melihat ibu rumah tangga zaman sekarang yang baru punya anak satu saja sudah mengeluh. Mama saya, sedikit pun tak pernah saya mendengar beliau mengeluh lelah atau capek merawat kami. Tujuh orang. Dari pagi sampai malam, dengan pakaian kotor bertumpuk, dan harus menyiapkan makanan untuk keluarga besar.
Tidak mudah mengelola keuangan supaya cukup untuk sebulan.
Sebagai anak terakhir, saya sangat merasakan kondisi keuangan keluarga yang "pasang surut".
"Pasang", dimana uang tidak masalah. Mau makan apa saja mudah. Mau makan di mana saja gampang.
Namun...