Lihat ke Halaman Asli

Hamdali Anton

TERVERIFIKASI

English Teacher

Hati-hati dengan Anjal di Lampu Merah!

Diperbarui: 8 Agustus 2019   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar : jabar.pojoksatu.id

Saya menulis artikel ini, bukan untuk menjelek-jelekkan anak jalanan atau yang biasa disebut anjal. Pasti ada juga beberapa anjal yang baik. 

Meskipun begitu, kita perlu waspada. Hati-hati. Karena, mungkin saja si anjal itu anak baik-baik, tapi dia dimanfaatkan oleh oknum preman untuk mendapatkan uang, hasil belas kasihan orang lain. 

Pada hari Selasa siang, 6 Agustus 2019, sekitar pukul 14.30 WITA, saya mengendarai sepeda motor saya, menuju rumah murid les privat di Jalan Asri (bukan nama jalan sebenarnya). Karena jarak cukup jauh, saya berangkat setengah jam sebelumnya, supaya tidak terlambat. Jam 3 lesnya dimulai. 

Rute tidak selalu sama setiap kali menuju ke rumah murid saya tersebut. Terkadang, saya mengambil rute A; besoknya mungkin rute B. Tergantung dari perkiraan saya akan kepadatan lalu lintas di kedua rute tersebut pada sekitaran jam itu. 

Nah, pada tanggal 6 Agustus 2019 tadi, saya mengambil rute B, karena kebetulan saya harus mengambil tas saya di tempat reparasi tas di Jalan Pelangi (Jalan samaran). Untuk mencapai tempat reparasi tersebut, saya harus melewati area perempatan yang ada lampu lalu lintasnya, yang akan kita persingkat saja sebutannya sebagai lampu merah. 

Di rute A tidak ada anjal. Paling yang ada hanya orang-orang yang meminta sumbangan untuk korban kebakaran, banjir, panti asuhan, atau yang lainnya. 

Mungkin karena ada pos polisi di rute A, aturan dalam berkendara dan larangan adanya anjal di perempatan rute A, sehingga peraturan tertib berlalu lintas dan disiplin bisa dijalankan dengan mulus. 

Di rute B, mungkin karena tidak ada pengawasan yang ketat, anjal berkeliaran. Ada yang membersihkan kaca mobil dengan kemoceng (padahal mobil sudah bersih, dan si anjal hanya mengibas-ngibaskan kemoceng dengan sekenanya, lalu menunggu di depan kaca mobil pengemudi yang tertutup, terkesan memaksa pengemudi untuk memberi imbalan. 

Si pengemudi mobil ada yang cuek, ada juga yang memberikan uang. Yang memberikan uang mungkin takut mobilnya digores pisau, dirusak, atau bannya digembosi). 

Ada juga anjal pengamen yang bermodalkan kecrek-kecrek atau ukulele dengan tuning yang tak jelas, dan nada yang dinyanyikan tidak sinkron dengan genjrengan ukulele. 

Ada juga yang mendatangi dan menampakkan wajah memelas sambil menadahkan tangan, meminta sedekah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline